LAJUR.CO, KENDARI – Gejolak inflasi tinggi terjadi sepanjang Agustus 2025 di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra merilis, inflasi Sultra menembus angka 3,75 persen, jauh melebihi target kebijakan Bank Indonesia pada kisaran 2,5 persen–3,5 persen.
Melihat kondisi tersebut, Pemprov Sultra digawangi duet Andi Sumangerukka–Ir Hugua kembali memasifkan program Gerakan Pangan Murah lewat aksi pasar murah. Program GPM kali ini gotong royong dilakukan sekitar enam OPD Pemprov Sultra seperti Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perkebunan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Tanaman Pangan Peternakan, termasuk organisasi Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sultra.
Launching Pasar Murah dibuka langsung Gubernur Sultra Andi Sumangerukka yang ikut disaksikan Sekda Sultra Asrun Lio, Wali Kota Kendari Siska Karina Imran, Forkopimda serta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra. GPM serupa juga digelar serentak sejumlah kabupaten & kota di Sultra, Jumat (5/9/2025).
ASR mengakui gejolak inflasi dipicu kenaikan harga pada enam komoditas. Di antara beras dan cabai. Ia menegaskan Pemprov Sultra sudah menyusun langkah strategis menjaga harga bahan pangan, salah satunya lewat pasar murah, menjaga rantai distribusi, serta memberdayakan masyarakat menanam kebutuhan pangan secara mandiri di pekarangan.
“Makanya kita bikin pangan murah. Artinya, GPM ini harganya disubsidi. Beras di pasar harganya Rp60 ribuan, di sini jadi Rp50 ribuan. Ada subsidi Rp12 ribu. Diharapkan bisa tekan harga. Cabai naik, setelah saya tanya katanya ada yang dari luar. Rantai distribusi jadi mahal, makanya kita harus tanam,” ucap ASR kepada awak media.
Usai melaunching, ASR menyambangi satu per satu lapak GPM. Mulai dari stand GPM DLH Sultra yang menjual aneka sayur segar dan bahan pokok hingga lapak Dharma Wanita yang menjajakan pilihan bahan pangan subsidi.
Ketua Dharma Wanita Persatuan DLH Sultra Dety Erlinda Andi Makkawaru mengatakan, selain beras SPHP, ada beberapa sayur-mayur yang dijual berasal dari hasil budidaya mandiri. “Ini ada yang kita panen di kebun pangan sendiri. Yang dijual hari ini semua harganya murah dari yang dijual di pasar. Kita bantu program pemerintah,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Sultra LM Rusdin Jaya menyatakan, harga cabai memang mengalami pergerakan harga. Proyeksi Dinas Perkebunan, Sultra masih memiliki ketersediaan stok cabai yang memadai hingga periode September mendatang.
“Produksi kita cukup. Hanya persoalan distribusi. Panen tidak terdistribusi dengan merata, jadi ada beberapa daerah yang banyak dan ada yang sedikit. Ini ikut memengaruhi harga,” jelasnya. Adm