LAJUR.CO, KENDARI – Modero adalah sebuah tarian silaturahim atau persahabatan dalam adat istiadat etnis Muna Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Tarian ini merupakan salah satu tradisi yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Ditengah banyaknya hiburan dan gempuran kebudayaan asing yang muncul mengiringi zaman yang semakin modern, tradisi Modero nyatanya masih kerap dilakukan oleh sebagian masyarakat yang bermukim di Pulau Muna.
Di Kabupaten Muna Barat misalnya, tarian Modero dapat disaksikan oleh generasi saat ini. Tradisi tersebut dapat dinikmati ketika berlangsung acara-acara pernikahan, pengislaman (katoba), syukuran ataupun acara lainnya.
Bahkan, Modero kini menjadi bagian tradisi tarian lokal yang diperlombakan dalam acara perayaan hari besar nasional.
Saat tarian Modero digelar, semua tumpah ruah dalam lingkaran dan saling menyapa lewat syair indah. Syair dapat berisi rayuan antara muda-mudi, yang menunjukkan perasaan cinta kepada seseorang.
Selain itu, nyanyiannya juga dapat berisi pesan-pesan moral, pendidikan, adat istiadat, budaya atau hal positif lainnya.
Tari modero dilakukan dengan bergandengan tangan secara melingkar. Kaki digerakkan berirama dua kali ke kanan, satu kali ke kiri, demikian seterusnya.
Sementara tangan saling menggengam dengan posisi siku 90 derajat dan diayunkan ke atas dan ke bawah perlahan-lahan setingi 5 – 8 cm sejajar pinggang. Aturan mainnya, barisan antara laki-laki dan perempuan dibuat secara terpisah.
Tarian yang lazimnya diadakan saat malam hari ini kerap pula disebut sebagai sarana mencari jodoh. Tidak sedikit pasangan yang semula bertemu saat Modero lalu akhirnya menikah.
Upaya pelestarian budaya ini bukan saja oleh petuah-petuah adat atau orang-orang tua, tetapi juga sudah menjangkiti anak-anak generasi muda. Harapannya, budaya ini tetap lestari dan terjaga sebagai salah satu kekayaan masyarakat etnis Muna di Kabupaten Muna Barat khususnya, dan Indonesia pada umumnya.
LAPORAN : JENI