LAJUR.CO, KENDARI – Universitas Halu Oleo (UHO) baru saja melantik sejumlah Guru Besar, salah satunya Prof. Faisal Danu Tuheteru dari Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL), Senin (6/10/2025).
Keahliannya di bidang silvikultur dan restorasi hutan menjadikan Prof. Faisal sebagai sosok penting dalam upaya pelestarian lingkungan di Sulawesi Tenggara (Sultra).
“Saya sangat berbangga, karena pada level ini sebagai dosen akhirnya dapat mencapai jabatan akademik tertinggi sebagai guru besar. Ke depan, kami akan terus berkomitmen untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan tentunya kemajuan institusi,” ucap Prof. Faisal Danu Tuheteru.
Pria kelahiran Rohomoni, 28 Desember 1978 ini menempuh pendidikan tinggi mulai dari jenjang Sarjana (S1) hingga Doktor (S3) di Institut Pertanian Bogor (IPB). Prof Faisal mengukir pengabdian 19 tahun sebagai dosen, dedikasinya akhirnya berbuah manis dengan diraihnya jabatan guru besar.
Selama berkarier, Prof. Faisal telah menghasilkan 24 penelitian yang berfokus pada restorasi hutan, serta mempublikasikan 146 karya ilmiah, di mana 21 di antaranya terbit di jurnal internasional bereputasi.
Ketika ditanya mengenai tantangan terbesar dalam perjalanan akademiknya, ia menekankan pentingnya konsistensi dalam penelitian dan publikasi ilmiah.
Menurutnya, penelitian bukan sekadar tuntutan karier, tetapi tanggung jawab moral terhadap kelestarian lingkungan, khususnya di Sultra yang memiliki banyak lahan bekas tambang.
“Lahan-lahan yang rusak karena kegiatan penambangan atau aktivitas lain harus dipulihkan. Ilmu tentang bagaimana menghubungkan lahan-lahan rusak itu dengan konsep restorasi hutan sangat penting,” tutur Prof. Faisal Danu Tuheteru.
Sebagai Guru Besar, Prof. Faisal memiliki visi untuk menghadirkan inovasi bagi UHO dan Bumi Anoa, khususnya dalam pemulihan ekosistem dan restorasi lahan bekas tambang nikel.
Ia menegaskan pentingnya penerapan pendekatan kreatif dan teknik silvikultur khusus yang disesuaikan dengan kondisi lahan kritis di Sultra.
“Kita berharap lahan-lahan pascatambang akibat penambangan nikel dan aktivitas lain bisa kita pulihkan dengan pendekatan buku kreatif melalui teknik silvikultur dan teknik sebuah kultur jenis-jenis yang bisa dipakai untuk restorasi khusus,” kata Prof. Faisal Danu Tuheteru.
Prof. Faisal juga berpesan kepada dosen-dosen muda untuk terus berkarya dan menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat dan institusi.
“Tidak ada cerita menjadi guru besar tanpa diawali dengan karya-karya yang mengantarkan pada pencapaian itu. Dengan bertambahnya jumlah guru besar, diharapkan dapat meningkatkan grade akreditasi institusi,” ujar Prof. Faisal Danu Tuheteru.
Laporan : Ika Astuti