LAJUR.CO, KENDARI – Ratusan mahasiswa dari empat perguruan tinggi besar di Sulawesi Tenggara (Sultra) mengikuti program Training of Trainers (ToT) yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sultra bekerja sama dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Empat kampus dimaksud adalah Universitas Muhammadiyah Kendari, Universitas Halu Oleo (UHO), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-Enam (STIE 66) Kendari.
Program dijalankan OJK Sultra bersama bertujuan mencetak duta literasi keuangan dari kalangan mahasiswa yang akan menjadi agen perubahan dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan secara bijak dan bertanggung jawab.
Program ToT ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN), sebuah inisiatif nasional yang bertujuan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2025, tercatat adanya kesenjangan antara indeks literasi keuangan yang berada di angka 66,46% dan indeks inklusi keuangan sebesar 80,51%.
Perbedaan signifikan ini menunjukkan masih lemahnya pemahaman masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan meskipun akses terhadapnya telah meningkat. Untuk itu, diperlukan pendekatan strategis, salah satunya melalui pembentukan duta literasi keuangan di daerah.
Menjawab kebutuhan tersebut, OJK meluncurkan Program Penggerak Duta Literasi Keuangan Indonesia (OJK PEDULI) yang menargetkan mahasiswa sebagai penggerak utama edukasi keuangan kepada masyarakat. Program tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan Bulan Literasi Keuangan yang berlangsung sepanjang Mei hingga Agustus 2025.
OJK bersama LPS menggelar pelatihan ToT ini kepada mahasiswa dari empat kampus di Kendari, yaitu Universitas Muhammadiyah Kendari, Universitas Halu Oleo, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-Enam (STIE 66) Kendari.
Kegiatan tersebut merupakan bentuk kolaborasi antara OJK Provinsi Sultra dan LPS Wilayah III Sulampua. Dalam pelatihan tersebut, OJK memberikan materi mengenai pengenalan OJK dan industri jasa keuangan, pentingnya pengelolaan keuangan yang baik, serta kewaspadaan terhadap aktivitas keuangan ilegal. LPS turut berkontribusi dengan menyampaikan materi mengenai tugas dan fungsi lembaga, mekanisme penjaminan simpanan nasabah, serta edukasi perlindungan terhadap dana masyarakat.
Kepala OJK Provinsi Sultra dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelaksanaan ToT bertujuan untuk mendorong mahasiswa menjadi duta literasi keuangan yang aktif menyampaikan informasi kepada masyarakat. Mahasiswa diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan yang baik tentang pengelolaan keuangan, tetapi juga mampu menularkan semangat edukasi keuangan ke lingkungan sekitarnya. Mereka juga perlu memiliki kesadaran akan pentingnya perilaku finansial yang sehat agar terhindar dari gaya hidup konsumtif berlebihan (over consumerism) serta memahami risiko keuangan di era digital.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, berbagai modus kejahatan keuangan berbasis digital juga terus bermunculan. OJK mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap berbagai jenis penipuan, seperti impersonation atau peniruan identitas entitas legal, penawaran investasi dengan tugas tertentu (seperti menyukai konten di media sosial), penawaran investasi berkedok perdagangan aset kripto, investasi berbasis robot trading atau artificial intelligence, fake SMS masking, hingga pemalsuan bukti transfer menggunakan teknologi AI.
Perwakilan dari keempat perguruan tinggi yang hadir menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan kegiatan tersebut. Mereka menilai ToT sangat bermanfaat bagi mahasiswa karena bisa menjadi bekal untuk berperan sebagai duta literasi keuangan di lingkungan keluarga, kampus, dan masyarakat luas. Dalam sambutannya, perwakilan kampus juga menyoroti maraknya kejahatan digital seperti investasi bodong, pinjaman online ilegal, dan judi daring. Oleh karena itu, mereka berharap mahasiswa mampu menyerap materi dengan baik dan berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya tersebut.
Kegiatan ToT diikuti oleh sekitar 400 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan perwakilan civitas akademika dari keempat kampus. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, baik kepada narasumber dari OJK maupun LPS. Beberapa mahasiswa bertanya tentang tugas dan fungsi OJK, perlindungan konsumen, hingga upaya penanganan aktivitas keuangan ilegal. Sementara dari sisi LPS, pertanyaan yang muncul meliputi mekanisme penjaminan simpanan, peran LPS dalam menjaga stabilitas sistem perbankan, dan langkah yang diambil ketika terjadi krisis ekonomi.
Di akhir kegiatan, narasumber dari OJK dan LPS menyampaikan harapan agar seluruh peserta dapat menjadi duta literasi keuangan yang aktif menyebarkan pengetahuan yang diperoleh kepada keluarga, teman, dan masyarakat sekitarnya. Harapannya, masyarakat dapat menggunakan produk dan layanan keuangan secara bijak, cerdas dalam mengelola keuangan, serta waspada terhadap aktivitas ilegal, termasuk judi online dan kejahatan social engineering. Adm