BERITA TERKINIEKOBISHEADLINE

Sempat Tembus Jutaan, Harga Minyak Nilam di Sultra Terjun Bebas Rp600 Ribuan

×

Sempat Tembus Jutaan, Harga Minyak Nilam di Sultra Terjun Bebas Rp600 Ribuan

Sebarkan artikel ini

LAJUR.CO, KENDARI – Budidaya tanaman nilam terjadi masif pada hampir seluruh wilayah di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Harga minyak nilam yang sangat menggiurkan membuat banyak petani jagung beralih menanam penghasil minyak atsiri tersebut.

Sayang, harga komoditas perkebunan itu kini anjlok di level terendah. Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra LM Rusdin Jaya mengatakan, pada awal booming kebutuhan minyak atsiri di pasaran, harga per kilogram mencapai Rp2 jutaan. Per Juli 2025, harga minyak nilam anjlok drastis pada level harga Rp600 ribu per kilogram.

Dua negara terbesar yang menjadi pasar minyak nilam Sultra adalah Prancis dan India. Di Sultra, rantai penjualan produk minyak nilam bertumpu pada pengumpul di tingkat petani, pengepul Surabaya sampai tiba ke tangan eksportir. Rantai penjualan yang panjang memungkinkan potensi permainan harga.

Baca Juga :  ASR Bangun Konektivitas Pariwisata se-Pulau Sulawesi, Sepakati Tujuh Poin MoU Antar Gubernur

“Dari sisi pendapatan memang sangat menjanjikan. Tapi petani harus konsisten. Sekarang harganya turun signifikan. Bulan lalu masih Rp800 ribu. Juli ini tinggal Rp600 ribu. Waktu awal booming Rp2 jutaan,” jelas LM Rusdin Jaya diwawancarai di ruang kerjanya, Kamis (10/7/2026).

Ia mengakui harga minyak nilam memang sangat fluktuatif. Ketika produksi melimpah, harganya justru terjun bebas. Kondisi ini membuat petani nilam menjerit.

Pemerintah tidak bisa berbuat banyak menekan kondisi tersebut lantaran komoditas minyak nilam tidak masuk dalam item yang sistem harganya diatur oleh pemerintah. Berbeda dengan lima tanaman ubi, sawit, jagung, dan padi. Harganya relatif stabil karena regulasi harga komoditas unggulan tersebut diatur oleh pemerintah.

Baca Juga :  Arab Saudi Tak Terbitkan Visa Haji Furoda Tahun Ini

Di Provinsi Sultra sendiri, warga banyak yang berlomba menanam nilam karena nilai jual yang tinggi. Bahkan, area perkebunan jagung banyak yang berubah menjadi kawasan budidaya nilam.

Data Dinas Perkebunan Sultra tahun 2023 mencatat basis perkebunan nilam terbesar berada di Kabupaten Kolaka Utara yang mencapai luas 2.763 hektare. Disusul Kota Baubau 1.595 hektare, Kabupaten Muna 821 hektare, Kabupaten Buton 463 hektare, dan Kota Kendari 409 hektare.

Kenaikan jumlah petani di Sultra yang membudidayakan komoditi tanaman nilam mulai mencolok di tahun 2022.

“Proyeksi kita tahun ini naik signifikan. Tahun 2021 ada 4.787 petani, tahun 2022 naik hampir dua kali lipat ada 8.971 petani, tahun 2023 ada 9.535 petani. Tahun ini kita belum ada update terbaru, tapi kita proyeksi naik,” jelas Rusdin.

Baca Juga :  Giat Beri Bantuan Kemanusiaan, Dompet Dhuafa Volunteer Sultra Raih Penghargaan Chapter Terkolaboratif se-Indonesia

Dinas Perkebunan Sultra sulit melakukan intervensi lantaran pola budidaya tanaman nilam oleh petani masih bersifat sporadis dan tidak konsisten. Latah budidaya nilam terjadi ketika harga naik. Begitu turun, petani beralih menanam tanaman lain. Euforia budidaya nilam ditengarai ikut mengganggu produksi jagung karena rerata yang latah menanam nilam adalah petani jagung.

“Kalau Sultra, banyak yang dari petani jagung beralih ke nilam karena jenis tanahnya sama, cocok. Kekurangan kita memang tidak konsisten. Kalau konsisten, pemerintah bisa intervensi mulai dari proses budidaya sampai treatment bagaimana teknik penyimpanan, pakai stainless agar kualitas tetap bagus, sampai penjualan. Karena pada dasarnya nilam ini memang sangat menjanjikan,” jelasnya. Adm

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x