LAJUR.CO, KENDARI – Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) Anatowa menjadi wajah baru bagi pertumbuhan ekonomi lokal di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Berlokasi di Kecamatan Nuha, sentra usaha binaan PT Vale ini diketahui sudah berjalan selama empat tahun terakhir. Melalui Galeri Kareso Anatowa, Bumdesma Anatowa hadir sebagai pusat pengembangan dan pemasaran produk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Direktur Utama Bumdesma Anatowa, Zulfikar Arna, menuturkan Bumdesma Anatowa terbentuk atas kolaborasi antar-desa, dengan perwakilan dari empat desa dan satu kelurahan di Kecamatan Nuha. Anggota bumdesma ini terdiri dari Desa Nikkel, Nuha, Matano, Sorowako, dan Kelurahan Magani.
Dengan dukungan dari PT Vale Indonesia sebagai mitra binaan utama dan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, Bumdesma ini berhasil menjadi wadah kurasi, pembinaan, sekaligus distribusi produk UMKM setempat.
“Alhamdulillah, kami sudah berjalan empat tahun, dan support dari PT Vale serta pemkab sangat baik. Galeri Kareso menjadi unit usaha paling sehat dan paling aktif,” ujar Zulfikar Arna, Minggu (27/7/2025).
Saat ini, Galeri Kareso Anatowa, lanjut Zulfikar telah menampung lebih dari 150 produk dari UMKM yang tersebar di empat kecamatan, yakni Nuha, Towuti, Malili, dan Wasuponda. Jenis produk yang dijual didominasi oleh makanan olahan, herbal, serta kerajinan.
“Ada sekitar 60 pelaku usaha yang aktif, karena satu UMKM biasanya bisa hasilkan 2 – 3 produk. Kami tidak batasi saat awal masuk, nanti dibina langsung oleh konsultan PT Vale agar bisa naik kelas,” jelasnya.
Dari beragam produk UMKM yang dipasarkan, Bumdesma Anatowa mampu meraih omzet penjualan hingga Rp80 juta sampai Rp100 juta per bulan.
Sebagian besar transaksi Galeri Kareso, tambah Zulfikar Arna berasal dari karyawan dan mitra PT Vale, termasuk kebutuhan untuk souvenir tamu perusahaan.
“Sekitar 80 persen penjualan datang dari PT Vale, terutama untuk kebutuhan tamu. Kami bahkan masukkan produk ke dalam mini bag souvenir resmi mereka,” ungkapnya.
Salah satu produk unggulan yang sudah merambah pasar nasional adalah keripik pisang dari brand Lahadeng. Produk khas Luwu Timur yang menawarkan ragam varian rasa ini sudah memiliki outlet di sejumlah kota seperti Makassar dan Malili.
Selain itu, produk serupa seperti Keripik Pangkilang khas Danau Towuti juga mendapat perhatian karena kandungan gizi tinggi seperti magnesium dan omega. Adapun produk kriya yang banyak dikenal adalah anyaman Teduhu dari Desa Nuha.
Namun, tantangan tetap ada, terutama dari persaingan dengan ritel modern. Karena itu, pihak Bumdesma Anatowa mendorong adanya kolaborasi dengan jaringan minimarket lokal untuk menyediakan rak khusus produk UMKM Luwu Timur.
“Kalau kami bisa masuk display di ritel besar, Insyaallah produk UMKM tidak hanya jalan offline, tapi online-nya juga ikut naik,” ucapnya.
Zulfikar juga menjelaskan bahwa Bumdesma Anatowa secara rutin menggelar pelatihan dan pendampingan manajemen bisnis serta pengelolaan keuangan. Pelatihan dilakukan setiap triwulan, bekerja sama dengan konsultan pendamping dari PT Vale.
Langkah ini sejalan dengan tujuan besar mereka untuk menaikkan level UMKM lokal menjadi industri mandiri. Sehingga mampu bersaing di luar daerah, bahkan internasional. Red