BERITA TERKINIHEADLINE

Misteri Gunung Tangkelamboke yang Terancam Deforestasi Jadi Sasaran Ekspedisi Naturevolution Prancis

×

Misteri Gunung Tangkelamboke yang Terancam Deforestasi Jadi Sasaran Ekspedisi Naturevolution Prancis

Sebarkan artikel ini

LAJUR.CO, KENDARI — Tim ekspedisi Yayasan Naturevolution mulai mengeksplorasi Gunung Tangkelamboke yang dimulai dari kabupaten Konawe Utara (Konut), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Rombongan dilepas secara resmi Gubernur Sultra Ir. Hugua bersama Kepala Dinas Pariwisata Sultra, Belly Tombili, Senin (17/11/2025). Ekspedisi ilmiah ini diinisiasi organisasi nonpemerintah (NGO) Yayasan Naturevolution asal Prancis melibatkan belasan peneliti lokal dari Universitas Halu Oleo dan relawan internasional dari berbagai latar ilmu.

Selama empat pekan penelusuran, tim berfokus mengungkap misteri ilmiah di jantung hutan Gunung Tangkelamboke sekaligus memetakan keanekaragaman hayati kawasan yang kini terancam deforestasi. Data awal diketahui Pegunungan Tangkelemboke dengan puncak Osu Nando’oto merupakan kawasan kars yang menjadi water bank dari hulu Sungai Latoma yang mengalir ke selatan pegunungan. Kemudian berlanjut ke Sungai Lasolo yang mengalir ke Timur menuju Kabupaten Konawe Utara dan Sungai Porehu yang mengalir ke sebelah utara menuju Kolaka Utara.

Baca Juga :  Pemda Koltim Tegas! Harga Gabah Maksimal Rp6.500/Kg, Pengusaha Nakal Izinnya Dicabut

Ketua Tim Ekspedisi Explore Unseen, Evrard, menjelaskan sesuai tema misi tersebut, perjalanan ekstrem menuju Gunung Tangkelamboke menjadi yang pertama bagi para relawan, termasuk beberapa peserta dari Prancis. Tim akan berhadapan dengan medan terjal dan kondisi yang sulit diprediksi karena vegetasi kawasan belum terpetakan.

“Kami ingin mendata seluruh jenis flora dan pohon endemik yang ada di sana, termasuk gua-gua yang belum pernah dijelajahi sebelumnya,” jelasnya.

Menurut Evrard, bukan tanpa alasan Naturevolution memilih Gunung Tangkelamboke sebagai objek utama penelitian. Secara historis dan ilmiah, gunung ini dianggap sebagai nadi yang menopang sumber-sumber air penting bagi peradaban manusia di jazirah Sultra. Banyak misteri belum terpecahkan dari gunung tersebut.

Berdasarkan riset awal, Gunung Tangkelamboke terhubung dengan dua pegunungan karst besar di Sultra, yakni Matarombeo dan Mekongga, yang mencakup wilayah Konawe, Konawe Utara, dan Kolaka Utara. Ketiganya berada dalam bentang Wallacea, sehingga sangat kaya akan plasma nutfah dan satwa endemik.

Baca Juga :  Kisah Peserta Pelatihan Vokasional: Latih Kemampuan untuk Raih Harapan

Cerita masyarakat menyebutkan bahwa gunung ini menyimpan misteri berupa aliran sungai deras yang menembus lapisan tanah dan kemudian muncul kembali di aliran Sungai Lasolo.

“Di wilayah itu terdapat keanekaragaman hayati yang luar biasa. Para peneliti tertarik karena keunikannya banyak satwa liar dan tanaman endemik. Gunung ini berada di pertemuan dua lempeng dan masuk jalur Wallacea. Kami berharap menemukan sesuatu yang istimewa karena memang belum pernah ada ekspedisi yang berhasil menembus Tangkelamboke,” tutur Evrard.

Sayangnya, lanjut dia, kawasan pegunungan Tangkelamboke kini terancam deforestasi dan aktivitas pertambangan yang tak terkendali. Ia mengingatkan bahwa tragedi merkuri di Jepang menjadi contoh bagaimana kerusakan lingkungan bisa menghancurkan kehidupan manusia.

“Banyak bagian hutan mulai rusak. Padahal masa depan manusia bersumber dari sini. Masa depan kita sangat terikat dengan kelestarian lingkungan tanpa kepedulian, kehancuran hanya tinggal menunggu waktu,” tegas Evrard.

Baca Juga :  Kesempatan Beasiswa Terbuka Luas, Awardee Fulbright Beri Dorongan untuk Mahasiswa

Ia menilai langkah strategis perlu diambil pemerintah agar pesona Gunung Tangkelamboke tetap terjaga. Salah satunya dengan mengupayakan integrasi tiga pegunungan karst tersebut ke dalam kawasan konservasi atau geopark. Status konservasi memungkinkan Pemprov Sultra mengembangkan kawasan ini sebagai destinasi ekowisata sehingga tetap memberi income.

Menanggapi hal tersebut, Hugua menyatakan dukungan penuh terhadap misi ekspedisi Yayasan Naturevolution, termasuk pengusulan Tangkelamboke sebagai kawasan konservasi maupun geopark. Data ilmiah yang dihimpun tim ekspedisi dinilai dapat memperkuat argumentasi pemerintah daerah ke pusat.

“Kita harus mendukung misi ini karena ada keterbatasan pendanaan untuk menghadirkan expertis. Ini peringatan bagi pemerintah pusat. Kita memang butuh PAD, tetapi air dan kesehatan tetap yang utama. Taman nasional merupakan kewenangan pusat. Kalau ekspedisi ini berhasil, datanya bisa sangat kuat. Untuk jaga Sungai Lasolo dan Konaweha, negara harus hadir, apakah lewat taman nasional atau geopark,” ujar Hugua. Adm

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x