LAJUR.CO, KENDARI – Peringatan hari jadi Provinsi Sulawesi Tenggara ke 57 begitu semarak dengan tampilan kostum baju adat dikenakan mereka yang hadir pada gelaran upacara HUT Sultra, Selasa (27/4/2021). Layaknya parade busana, sejumlah tokoh Sultra mulai dari Gubernur Sultra, Ali Mazi, Wakil Gubernur Sultra, Lukman Abunawas, kepala daerah se-Sultra, Forkopimda, anggota DPR/DPD RI Dapil Sultra hingga perwakilan Kemendagri yang hadir tampil maksimal dalam balutan busana adat khas daerah Bumi Anoa dalam seremoni tahunan tersebut.
Sejumlah tokoh perempuan Sultra pun tampil paripurna dengan ragam busana tradisional daerah mewakili aneka suku yang mendiami Provinsi Sultra.
DPD RI dapil Sultra, Wa Ode Rabia Al Adawia Ridwan mengaku bangga dapat hadir menyaksikan puncak peringatan HUT Sultra dengan memakai busana adat khas suku Muna. Tokoh senator perempuan termuda itu tampil anggun mengenakan baju adat tradisional yang lazim dipakai wanita suku Muna yang belum menikah. Ornamen mahkota yang sarat makna histori budaya lokal bermotif perak melengkapi style Rabiah.
“Ini adalah pakaian adat Sultra dari Muna. Pakaian adat ini biasa dipakai gadis asli Muna,” urai Rabia.
Ia mengatakan, baju adat yang dipakai memang spesial dipersiapkan menyambut puncak peringatan HUT Sultra ke-57. Wanita berhijab itu berharap momen ini tidak sekedar menjadi ajang seremonial parade busana adat. Penggunaan baju adat ini juga bisa memantik kecintaan generasi muda terhadap budaya dan adat istiadat leluhur dari berbagai suku di Bumi Anoa.
“Saya harapkan generasi penerus bisa mencintai budaya dari kebanggaan memakai pakaian adat,” pesannya.
Hal sama diutarakan Ketua TP PKK Muna Barat, Rosma Ando Ahmad Lamani, dan Ketua TP PKK Muna, Yanti Setiawati Rusman Emba. Di hari spesial masyarakat Sultra, kedua wanita berhijab itu ikut meramaikan ajang HUT Sultra dengan memakai pakaian adat khas Suku Muna.
“Ini adalah baju adat Kabantapi khusus dipakai perempuan yang telah menikah. Kita harapkan lewat momen ini juga masyarakat bisa lebih bangga memakai pakaian adat dan tergerak melestarikan budaya dan adat istiadat lokal,” ujar Rosma Ando.
Hadir dengan pakaian adat tradisional suku Tolaki busana motif Wulele Sanggula, Ketua TP PKK Konawe, Titin Kery S Konggoasa juga mengungkapkan harapan sama. “Tentu ini akan membangkitkan semangat kita untuk lebih cinta dengan pakaian adat lokal Sultra,” singkatnya.
Dalam adat tradisi budaya perkawinan Suku Tolaki, kata anggota DPRD Sultra itu, ada dua jenis pakaian adat yang lumrah dikenakan oleh pengantin wanita.
Pakaian adat Wulele Sanggula dengan warna merah lazim seperti yang dikenakan hari itu di HUT Sultra dipakai pengantin wanita saat resepsi atau usai prosesi ijab kabul. Sementara busana adat Anawai Ngguluri yang kental dengan motif Tolaki didominasi warna hitam khusus dikenakan pada momen ijab kabul.
Keberagaman pakaian adat khas Sultra juga terlihat dari busana tradisional Suku Buton yang ditampilkan Ketua TP PKK Buton, Delia La Bakry dan Ketua TP PKK Buton Utara, Hj Muniarti M Ridwan. Adm