HEADLINEPERISTIWA

Gerhana Bulan Total 26 Mei, Apa Saja Fenomena yang Akan Terjadi?

×

Gerhana Bulan Total 26 Mei, Apa Saja Fenomena yang Akan Terjadi?

Sebarkan artikel ini
Gerhana Bulan Total 26 Mei, Apa Saja Fenomena yang Akan Terjadi?
Foto : Ist

LAJUR.CO, KENDARI – Masyarakat Indonesia dapat menyaksikan fenomena astronomi Gerhana Bulan Total (GBT) pada Rabu (26/5/2021) petang sekitar pukul 18.18 WIB.

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mengatakan, gerhana ini aman untuk disaksikan.

“Gerhana Bulan Total ini dapat disaksikan jika kondisi cuaca cerah-berawan dan aman disaksikan masyarakat,” kata Triyono dilansir dari Kompas.com.

Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Apa saja yang akan terjadi saat Gerhana Bulan Total (GBT)?

Apa yang terjadi saat gerhana bulan total?

Peneliti di Pussainsa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Andi Pangerang, menjelaskan ketika gerhana bulan, sinar matahari akan terhamburkan ke arah spektrum merah atau yang dikenal dengan istilah Blood Moon.

Baca Juga :  Telkomsel Gaet Kerjasama Dengan PT OSS

“Oleh karena itu, umbra (bayangan utama) bumi terlihat kemerahan,” katanya dilansir dari Kompas.com.

Kemudian ketika bulan berada di perpotongan ekliptika dan orbitnya, atau disebut juga bulan berada di titik simpul bulan, maka bulan memasuki bayangan bumi sehingga terjadi gerhana bulan.

Warna bulan

Namun pihaknya juga menyebutkan, gerhana bulan total tak selalu terlihat berwarna merah. Kondisi itu tergantung pada kualitas udara di tempat pengamat.

Andi menjelaskan ketika udara bersih atau langit bebas dari polusi cahaya, maka bayangan bumi yang dimasuki bulan akan nampak seperti merah darah (agak kecoklatan).

Tetapi ketika udara cukup pekat polusinya dan di tempat tersebut terjadi polusi cahaya, bayangan bumi yang dimasukin bulan akan berwarna agak jingga.

Baca Juga :  Spesialis Pencuri HP di Kendari Digelandang ke Kantor Polisi

Lalu ketika gerhana bulan, bintang-bintang yang selama ini redup (karena interferensi cahaya bulan) akan terlihat lebih terang.

“Itu karena sumber interferensinya, yakni bulan, menjadi temaram ketika gerhana,” kata Andi.

Pasang surut air laut

Di sisi lain, dampak gerhana bulan terhadap laut menurut Andi adalah adanya pasang surut air laut yang lebih besar daripada biasanya.

Meskipun demikian dia mengatakan, ketinggian air masih batas aman, yaitu tidak sampai puluhan atau belasan meter.

Terkait dampaknya pada iklim seperti udara dingin dia mengatakan tidak ada dampaknya yang berarti.

“Kalau sepengamatan saya, (perubahan iklim) hanya terjadi ketika gerhana matahari. Untuk gerhana bulan tidak pengaruh apa-apa ke iklim,” ujarnya.

Baca Juga :  Kalla Toyota Trust Bagi-Bagi Hadiah Smart TV Hingga Sepeda Lipat Ke Pelanggan

Supermoon

Andi juga mengatakan, Gerhana Bulan Total bisa terjadi berbarengan dengan beberapa fenomena, salah satunya Supermoon.

“Kalau mau disangkutkan dengan supermoon, nanti ada lagi 2037,” ungkap Andi.

Sementara itu beberapa Gerhana Bulan Total bertepatan dengan perayaan Waisak, yaitu pada 2040, 2050, 2069, dan 2071.

Ada juga Gerhana Bulan Total yang bertepatan dengan Supermoon dan Waisak. Itu diperkirakan akan terjadi pada 2199, 2217, dan 2394.

Pada tahun 2003 silam gerhana bulan juga bersamaan dengan Waisak, namun di indonesia tidak bisa mengamati karena detik-detik Waisaknya siang hari. Adm

Sumber : Kompas.com

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x