LAJUR.CO, KENDARI – Tidak terasa bulan suci Ramadan tinggal menghitung hari. Umat muslim di Sulawesi Tenggara (Sultra) khususnya masyarakat Muna, memiliki tradisi turun temurun menyambut bulan penuh berkah, yaitu tradisi “Haroa”. Dalam bahasa Muna, Haroa berasal kata ‘haro’ yang artinya ‘sapu’ atau ‘membersihkan’.
Tidak hanya masyarakat Muna, tradisi Haroa juga dijalankan masyarakat adat lain di jazirah Sultra seperti Buton.
Oleh masyarakat Muna, tradisi Haroa dikenalkan saat Kerajaan Wuna dipimpin oleh Raja Muna yang bernama La Ode Abdul Rahman (Sangia Latugho). Sementara oleh masyarakat Buton, tradisi ini dijalankan sejak zaman Kesultanan Buton.
Haroa menjadi simbol pengikat kebersamaan, silahturahmi sekaligus simbol dakwah yang lumrah dilakukan setiap momen perayaan hari-hari penting dalam Islam.
Tradisi ‘Haroa’ layaknya acara makan bersama. Dimana beberapa panganan tradisional, terdiri dari lauk pauk seperti lapa-lapa dan ayam parende. Tak lupa ada aneka kue tradisional yang ikut disajikan dalam dulang. Sebelum makan bersama dimulai, imam mendahului dengan membaca doa-doa khusus sesuai syariat islam.
Di dalam tradisi masyarakat Muna, ada beberapa jenis kue tradisional yang wajib dihidangkan berdampingan dengan menu lauk pauk dalam dulang, diantaranya diulas lengkap sebagai berikut:
1. Cucur
Cucur merupakan sajian kue yang terbuat dari bahan dasar seperti tepung beras ketan yang dipadukan dengan gula merah serta santan.
Dahulu, cucur hanya dibuat saat ada acara penting atau perayaan seperti “Haroa”. Namun kini, makanan gurih dan renyah sudah banyak ditemukan di pasar tradisional yang ada di Bumi Anoa.
2. Waje
Waje adalah salah satu pangan tradisional dari suku Muna yang bahan utamanya berasal dari beras ketan putih dan gula merah.
Makanan tersebut bisanya disajikan dalam acara adat sebagai pelengkap dalam Haroa atau acara sakral lainya yang diselenggarakan Masyarakat.
3. Ngkea-ngkea
Ngkea-Ngkea terbuat dari pisang yang dihancurkan yang dicampurkan dengan gula merah dan tepung terigu. Dimana adonan tersebut dicampur secara meratah, kemudian digoreng.
Penganan Ngkea-Ngkea ini merupakan salah satu jenis penganan khas masyarakat Muna.
4. Srikaya
Sirikaya adalah kue tradisional dari suku Muna yang hanya dibuat saat akan diadakan haroa saja. Bahan utamanya sederhana hanya terdiri dari campuran telur dan gula merah.
Kue ini memiliki tekstur yang lembek dan basa mirip dengan puding, dengan rasa yang sangat manis. Warnanya kecokelatanan, biasanya dicetak dan disajikan dalam cangkir teh.
5. Sanggara
Sanggara dalam bahasa Indonesia artinya pisang goreng. Berbeda dengan pisang goreng pada umumnya yang dibalut dengan tepung terigu, Sanggara dalam acara Haroa digoreng tanpa menggunakan tepung, sehingga menghasilkan cita rasa alami pisang yang lebih dominan.
Laporan : Ika Astuti