OPINI

Ancaman Hoax di Media Sosial

×

Ancaman Hoax di Media Sosial

Sebarkan artikel ini

PENULIS
RICHY PRIYO SUNARNO
(Praktisi Komunikasi/Public Relation)

Hoax merupakan kebebasan berbicara dan berpendapat di internet. Khususnya media sosial. Hoax dibuat seseorang atau kelompok dengan beragam tujuan, mulai dari sekedar candaan atau tujuan tertentu misalnya dalam politik ( Propaganda/Pembentukan opini publik). Hoax biasanya muncul ketika ada sebuah isu mencuat ke permukaan.
Berdasarkan Cambridge Dictionary, hoax adalah “to deceive, especially by playing a trick on someone”. Sementara Merriam-Webster Dictionary menyebutkan bahwa hoax adalah “to trick into believing or accepting as genuine something false and often preposterous”. Jadi, hoax itu adalah upaya memanipulasi dan membuat orang lain percaya terhadap sesuatu yang salah atau mustahil.

Di Indonesia sendiri Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Nomor 19 Tahun 2016 telah disahkan dan akan menjadi peringatan bagi siapa saja yang sering berbagi informasi melalui media sosial. UU ITE tidak dimaksudkan untuk membatasi berbagi konten, melainkan untuk meminimalkan potensi penyebaran berita palsu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh penerimanya.

Seperti kita ketahui bahwa saat ini hoax telah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Indonesia khususnya di kalangan Milenial yang aktif dengan beragam sosial media di Smartphonenya, begitu mudahnya informasi yang diterima dan disebarkan tanpa ada proses cross check, klarifikasi, verifikasi, maupun konfirmasi. Kecerdasan dalam berliterasi yang rendah membuat masyarakat mudah percaya dengan berita palsu yang beredar di masyarakat, kemudahan mencari dan menyebarkan informasi pada sosial media salah satu faktor penyebab Hoax mudah menyebarkan ke lapisan masyarakat.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Stanford University, California Amerika Serikat pada tahun 2016 yang lalu, bahwa ada 80% kalangan terdidik yang menjadi objek penelitian yang mudah percaya pada berita palsu. Ini terjadi di Negara adikuasa yang notabene tingkat edukasinya sudah sangat tinggi. Tidak heran jika disana buku-buku yang berbicara tentang hoax juga banyak beredar, sebagai sarana edukasi dari para akademisi agar masyarakat tidak mudah percaya pada apa yang didengar atau dilihat.
Sumber https://web.stanford.edu/~gentzkow/research/fakenews.

Di Indonesia sendiri, kegemaran masyarakat dalam menyebarkan informasi juga terlihat dari sosial media yang mereka miliki. Bagaimana cara orang Indonesia dalam mengakses berita? Berdasarkan data yang dirilis UC Browser tahun 2016 yang lalu, 95,4% mengakses informasi dari mobile phone, dan sebanyak 48,5% informasi yang dibaca bersumber dari Facebook, dan sebanyak 75.6% mengaksesnya lebih dari tiga kali dalam sehari. hal Ini menandakan bahwa orang Indonesia mengakses berita dari Facebook yang di baca melalui gadgetnya sebanyak lebih dari tiga kali dalam satu hari, seperti yang kita ketahui bersama bahwa Facebook bukanlah portal berita, melainkan media sosial yang rawan dan sering kali menjadi media penyebar hoax.

Sejak wabah Covid-19 yang menjangkit China dan sebagian besar Negara-negara di dunia termasuk juga Indonesia. Banyak temuan berita mengenai virus tersebut yang ternyata merupakan berita palsu. Salah satu diantaranya adalah informasi yang beredar di media sosial tentang penggunaan kalung anti virus yang dapat membunuh Virus, hingga akhirnya banyak masyarakat yang berbondong-bondong membeli produk kalung tersebut dengan harapan dapat menangkal Virus covid-19, padahal hingga saat ini belum ada riset yang membenarkan mengenai keabsahan kalung anti virus tersebut.

Di dalam kegiatan politik media sosial merupakan platform yang sangat efektif untuk Hoax, produsen berita palsu pada politik menganggap bahwa biaya yang digunakan untuk membuat berita palsu tidaklah mahal hal ini sangat menguntungkan bagi mereka dan dalam format rasio media sosial terbilang kecil sehingga informasi yang dimasukkan cukup sebagian kecil saja tanpa perlu mencantumkan sumber berita. Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Messing, dan Adamic pada tahun 2015, bahwa jaringan pertemanan di Facebook dipisahkan secara ideologis dan orang-orang akan membaca kemudian membagikan artikel berita yang sejalan dengan posisi ideologis mereka saja. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mendapatkan berita dari Facebook (atau media sosial lainnya) cenderung tidak menerima bukti tentang keadaan dunia yang sebenarnya.

Terlebih sebentar lagi kita ada di masa pemilihan kepala daerah dan hingga saat ini pun berita palsu atau hoax masih menjadi senjata utama dalam berpolitik, jika dibiarkan terus menerus ini akan semakin mengkhawatirkan terhadap pertumbuhan anak bangsa dari sisi kecerdasan dalam berpikir kritis.

Menurut Laode Herman Halika S.IP, M.I.Kom selaku Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi dan sekaligus dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Halu Oleo mengatakan bahwa Hoax sendiri adalah ancaman besar di kalangan Millenial saat ini, kalangan ini merupakan yang sangat aktif berseluncur di dunia maya dan saling sahutan dalam membagikan informasi pada postingan di sosial medianya, baik itu dengan tujuan tertentu atau sekedar berbagi informasi. Pesatnya perkembangan mengakibatkan penerimaan informasi yang didapatkan pun cukup cepat, oleh karena itu kita sebagai pakar komunikasi harus mengambil peran untuk memberikan pemahaman dan edukasi kepada masyarakat kita, bersikap terbuka untuk menyampaikan informasi mau tidak mau harus kita sampaikan kebenarannya dan tidak perlu menahan informasi yang ada serta memberikan informasi sesuai dengan faktanya ini adalah langkah kita sebagai pakar komunikasi untuk memberikan pengaruh positif kepada masyarakat dalam berfikir dan menyikapi informasi yang beredar luas di media sosial.

Laode Herman Halika S.IP, M.I.Kom juga mengatakan masyarakat yang percaya akan hoax itu harus dibentuk perilakunya melalaui tehnik komunikasi antara lain menginformasikan dan melakukan pendekatan persuasif, pada tahap ini perlu dilakukan secara berkelanjutan mengingat pesatnya perkembangan informasi saat ini begitu pesat, oleh karena itu melalui pendekatan ini diharapkan menjadikan perubahan perilaku kepada masyarakat kita saat ini.

Penulis juga melakukan survei kepada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Haluoelo angkatan Tahun 2017 dengan metode pengumpulan data melalui kuesioner dalam tanggapannya mahasiswa mengatakan bahwa hoax sangat berbahaya dan dapat berdampak buruk kepada masyarakat dan pada quesioner yang dibagikan seluruh tanggapan mahasiswa berisikan tentang ke khawatiranya terhadap isue hoax yang berkembang saat ini. sebagian mahasiswa mengatakan pernah menjadi korban berita Hoax di sosial media namun persentase ini lebih kecil dibandingkan yang tidak terpapar informasi Hoax, ada berbagai macam alasan mengapa sebagian dari mahasiswa bisa terpapar oleh berita hoax dan mau membagikannya kembali antara lain sebagian dari mereka menjawab memiliki kepuasan tersendiri sebagai orang pertama yang membagikan informasi tersebut baik itu hoax ataupun fakta.

Dari hasil survey terebut penulis mendapatkan beberapa tanggapan mengenai langkah apa saja yang dapat di lakukan dalam mencegah informasi atau berita Hoax di Sosial media antara lain

“Agar memilah kembali berita yang masuk dari sumber yang terpercaya dan memverifikasi apakah berita yang dimaksud betul atau tidak, Membuat pamflet anti hoax atau cara mengenali berita hoax, Sering mengikuti/melakukan seminar atau sosialisasi mengenai berita hoax, Membaca berita pada situs-situs resmi dan terjamin keasliannya & Sebagai anak milenail yang cerdik maka dapat dilakukan dengan melihat link yang di bagikan atau informasi tersebut benar-benar dari link yang terpercaya”.

Saat ini Hoax sudah mendapatkan perhatian lebih dari lembaga pemerintah seperti yang dilakukan oleh Kepolisian Republik Indonesia, Lembaga ini giat melakukan kampanye tentang pencegahan Hoax hal ini merupakan langkah dari pemerintah indonesia terhapadap dampak ancaman hoax itu sendiri, seperti yang kita ketahui bersama hoax bisa saja memecah belah bangsa & kedaulatan bangsa ini.

Edukasi informasi hoax perlu dilakukan mulai sejak dini jangan sampai budaya ini semakin melekat di generasi saat ini dan berikutnya karena hal ini akan sangat merugikan diri sendiri, orang lain dan bangsa ini.

Berikut adalah Tips bagi pembaca agar terhindar dari berita Hoax.
● Pertimbangkan sumber berita
● Bacalah dengan saksama
● Periksalah Penulisnya
● Periksalah Sumber pendukung
● Periksalah tanggal publish berita tersebut (Untuk memastikan bukan berita lama yang di muat kembali)
● Tanyakan berita tersebut pada orang yang berpengalaman
● Pastikan berita tersebut bukan Joke/Lelucon semata

Langkah tersebut merupakan tindakan yang tepat dalam mengantisipasi paparan berita Hoax di sosial media agar kita bisa menjadi generasi yang bermanfaat bagi orang banyak dengan perilaku yang kita perbuat, hoax merupakan tindakan tidak terpuji dan sudah barang tentu kita sebagai makhluk sosial untuk berhenti melakukan tindakan tersebut dan memberikan pemahaman serta pengaruh yang baik di lingkungan sosial kita.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x