BERITA TERKINIEKOBISHEADLINE

Belajar Strategi Marketing dari Pelaku UMKM Kalbar; Produk Anyaman Tembus Pasar Brunei

×

Belajar Strategi Marketing dari Pelaku UMKM Kalbar; Produk Anyaman Tembus Pasar Brunei

Sebarkan artikel ini
Ragam motif tenun dan produk anyaman dipamerkan KPwBI Kalimantan Barat dalam ajang Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025.

LAJUR.CO, KENDARI — Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Kalimantan Barat (Kalbar) mencuri perhatian nasional dalam ajang Pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) yang digelar di Jakarta Convention Center, Jumat (8/8/2025).

Mereka membawa produk etnik yang penuh nilai budaya Dayak maupun Melayu. Selain itu, para pegiat UMKM ini juga menunjukkan bagaimana strategi marketing berbasis kearifan lokal bisa menembus pasar global.

Salah satu yang menarik perhatian adalah Rakuji, produk anyaman eksklusif dari pedalaman Kapuas Hulu. Diinisiasi oleh Myra Widiono, Rakuji memadukan teknik anyaman tradisional dengan desain modern.

Rakuji menghasilkan produk-produk bernilai seni tinggi seperti tas, kain, dan aksesori. Harga satuannya bisa mencapai Rp2 jutaan.

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalbar, Dony Septadijaya bahwa kekuatan Rakuji bukan hanya pada visual dan bahan, tetapi pada cerita yang dikemas dalam produk.

“Di samping menjual barang seperti anyaman tas, aksesoris dan kain tenun, brand ini juga menjual nilai, warisan budaya, serta cerita. Itu kekuatannya makanya ekslusif,” ujar eks Kepala KPwBI Sultra itu saat ditemui di lokasi pameran KKI.

Baca Juga :  Pemprov Sultra Buka Akses Pendanaan Lembaga Internasional Jepang 'JICA'

Contoh lain datang dari Hetty, penggagas tenun Pantang Sintang. Hetty mengawali usahanya secara rumahan sejak 2015, dan mulai menekuni secara profesional pada 2023. Hal itu berangkat dari kesadaran pentingnya memperhatikan rantai pasok, mulai dari kualitas benang hingga teknik pewarnaan alami.

“Kalau mau berkembang, hulunya harus dibenahi. Kami bentuk Yayasan Rumah Belajar agar para artisan bisa tumbuh bersama dan menjaga standar kualitas,” jelas Hetty.

Tak hanya itu, Hetty juga memberi label cerita dan nama pengrajin di setiap kain, menambah nilai personal dan eksklusivitas. Ini menjadi strategi yang membuat produk mereka lebih dihargai di pasar.

Tidak ketinggalan, kelompok pengrajin Melayu turut menampilkan songket dan produk turunannya, seperti bando, aksesori, dan tas. Para pengrajin ini memanfaatkan berbagai media promosi, dengan target generasi muda yang menyukai produk etnik namun modern.

Baca Juga :  HUT ke-57 PT Vale Indonesia: IGP Morowali Bersiap Tancap Gas Menuju Akselerasi Hilirisasi

Namun sorotan utama datang dari karya Erwan, pengrajin wastra Kalbar yang telah sukses menembus pasar ekspor ke Brunei Darussalam. Dengan harga satu kain mencapai Rp13 juta dan proses pengerjaan hingga tiga bulan, Erwan membuktikan bahwa strategi high-value branding sangat efektif.

Pada kain tenunnya, Erwan menekankan eksklusivitas, kualitas, serta membangun jejaring lewat pameran internasional dan kolaborasi dengan kurator tekstil. Seperti salah satunya tampil dalam ajang tahunan Bank Indonesia ini memamerkan Wastra Nusantara.

“Karena bahan dasarnya sudah relatif mahal dan proses pembuatannya 3 bulan. Kalau yang kain biasa cuma tiga hari,” jelas Dony Septadijaya.

Karena begitu banyaknya produk yang dibawa KPwBI Kalbar dibawah komando Dony Septadijaya, maka para pengrajin butuh empat booth untuk memajang produk mereka. Di bandingkan dengan perwakilan provinsi lain, Kalbar termasuk salah satu peserta KKI yang mempunyai gerai terbanyak.

Baca Juga :  Termasuk Sultra, Dispar se-Sulawesi Rintis Pariwisata Terintegrasi, Berkualitas & Berkelanjutan

Tak hanya menjual produk visual, stan Kalbar juga menyajikan kuliner khas berbahan lokal, yang turut mejeng di gerai Camilan Nusantara. Hal tersebut membuktikan bahwa pemasaran yang efektif tak melulu soal digital, tapi juga pengalaman inderawi langsung.

“Selain ada Wastra dan Ekraf, kita juga menampilkan makanan dan minuman di Camilan Nusantara,” tutupnya.

Melalui Pameran KKI, UMKM Kalbar bukan sekadar memamerkan produk, tetapi juga ada strategi marketing yang layak dicontoh. Di antaranya mengangkat cerita lokal, membangun komunitas artisan, menjaga kualitas dari hulu ke hilir dan menyasar pasar premium lewat edukasi produk serta menggunakan pendekatan visual dan pengalaman langsung.

Dari pedalaman Hulu Kapuas hingga menembus pasar Brunei, UMKM Kalbar menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, produk lokal bisa bersaing secara global tanpa kehilangan jati diri. Red

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x