LAJUR.CO, KENDARI – Siapa sangka, di balik film musikal “Siapa Dia” yang kini tengah digandrungi banyak pecinta sinema Indonesia, terselip sosok aktor muda asal Sulawesi Tenggara (Sultra).
Namanya Beyon Destiano (37), seniman kelahiran Baubau menjalani debut layar lebarnya sebagai asisten karakter Layar diperankan Nicholas Saputra, dalam film besutan sutradara legendaris Garin Nugroho.
Bukan hanya satu, Beyon dipercaya memerankan dua karakter berbeda di film ini. Beyon menjalani peran Armin, asisten Layar yang centil dan ekspresif di era modern. Juga menjadi seorang anak jalanan yang garang di era 1970–1998.
Bagi Beyon, dua karakter itu jadi sebuah tantangan besar untuk debut pertamanya. Terlebih lagi, film ini adalah musikal yang memadukan akting, nyanyian, dan tarian lintas zaman.
“Prosesnya dua bulan latihan, satu bulan syuting. Latihannya full koreo, nyanyi, akting, dan banyak improvisasi karena Mas Garin jarang pakai script tetap,” kata Beyon saat ditemui awak lajur.co, Selasa (2/9/2025).
Dua Era, Dua Karakter, Satu Panggung Besar
Beyon mengaku tak menyangka bisa bermain satu proyek dengan nama-nama besar di perfilman nasional. Bahkan saat pertama kali reading, ia belum tahu siapa lawan mainnya.
“Aku cuma tahu sinopsis ceritanya. Pas datang reading, tiba-tiba dikenalkan: ‘Ini Nicholas, nanti kamu jadi asistennya.’ Aku cuma bisa bilang: seriusan? Haha!” kenangnya sambil tertawa.
Film “Siapa Dia” bukan hanya proyek layar lebar biasa. Melalui film ini, Garin Nugroho membawa penonton menelusuri sejarah Indonesia melalui seni, sinema, dan musik. Di samping itu, juga menggambarkan dinamika sosial-politik dari era 70-an hingga sekarang.
Beyon sendiri menyebutnya sebagai film yang “seperti kuliah sejarah tapi dibalut nyanyian dan tarian.”
Dari Kota Baubau, Lahir Seniman Panggung
Perjalanan Beyon sebagai seniman dimulai dari kampung halamannya di Baubau. Ibunya adalah guru kesenian di SMP 1 Baubau, sementara ayahnya pemain gitar dan pandai melukis. Sejak kecil ia akrab dengan dunia seni seperti menyanyi, melukis, dan menari.
Namun, jalan menuju panggung tidaklah mudah. Lulus SMA tahun 2006, Beyon sempat menjalani gap year karena keterbatasan ekonomi, sambil bekerja sebagai penyanyi freelance.
Ia pun sempat mencoba peruntungan mendaftar di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), tapi tak lolos. Justru dari momen itulah, pilihan Beyon menjadi jelas.
“Pas pengumuman STAN, aku bilang ke diri sendiri: kalau namaku nggak ada, berarti aku jadi penyanyi aja. Eh benar, nggak lolos, tapi hari itu juga masuk SMS ada job nyanyi. Aku langsung merasa itu petunjuk dari Allah,” ungkapnya.
Tahun 2007, ia memutuskan merantau ke Jakarta. Sebab kalau mau fokus menjadi seniman, sambungnya, harus keluar dari kampung halaman. Ia lalu kuliah di Institut Musik Daya Indonesia (Daya Indonesia Performing Arts Academy/DAYA).
Beyon menghabiskan masa kuliah pada jurusan Performing Arts mulai 2010, empat tahun kemudian ia lulus. Semua biaya ia tanggung sendiri, jerih payahnya bernyanyi dari panggung ke panggung.
“Kita naik kapal ke Jakarta, numpang di kosan teman, dan mulai dari nol. Tapi aku yakin, kalau niat kita baik dan serius, pasti ada jalan,” ujarnya.
Bawa Sultra ke Nasional Lewat Karya
Meski tinggal di Jakarta, Beyon tetap membawa semangat budaya Sultra ke dalam karya-karyanya. Ia pernah mengusulkan cerita rakyat Baubau tentang Putri Duyung “Wandiu-diu” untuk dipentaskan sebagai musikal nasional. Meski belum terwujud, semangat itu tetap menyala.
“Sultra punya banyak cerita menarik. Aku ingin suatu hari bisa mengangkat itu ke panggung nasional,” tuturnya.
Dari Panggung Dunia ke Layar Bioskop
Sebelum merambah dunia film, ternyata Beyon telah tampil di berbagai panggung, termasuk Java Jazz Festival, serta pernah menyanyi di Jerman. Kala itu, Beyon membawakan ‘Yamko Rambe Yamko’ disaksikan Presiden Joko Widodo dan para kepala negara lain dalam Opening Ceremony Hannover Messe 2023.
Kini, lewat “Siapa Dia”, ia mencetak sejarah pribadinya. Ia bahkan akan menggelar nonton bareng film tersebut di Baubau pada 7 September mendatang, sebagai bentuk terima kasih dan pulang kampung.
“Film ini wajib ditonton, karena bukan cuma hiburan. Ada sejarah seni, sejarah nyanyi, sejarah sinema, dan sejarah Indonesia. Mas Garin selalu bilang, ‘Negeri ini adalah negeri menari dan bernyanyi.’ Aku bangga bisa jadi bagian dari itu,” ujar Beyon.
Untuk anak-anak muda di daerah, terutama Sultra, Beyon memberi pesan sederhana: “Kalau sudah pilih jalan hidup, jalani sepenuh hati. Jangan setengah-setengah. Jadi orang baik, banyak berteman, jangan takut gagal. Kadang jalan kita bukan yang kita rencanakan, tapi yang lebih baik,” pungkasnya. Red