LAJUR.CO, KENDARI – Di tengah kekayaan alam yang luar biasa baik dari tambang nikel hingga surga bawah laut, rakyat Sulawesi Tenggara (Sultra) justru masih banyak yang hidup dalam kemiskinan.
Data BPS 2024 mencatat, beberapa kabupaten penghasil tambang dan wisata justru menduduki posisi tertinggi angka kemiskinan di Sultra. Sebuah ironi tajam tentang ketimpangan, pengelolaan sumber daya, dan keadilan ekonomi.
Kabupaten Wakatobi, misalnya, dikenal luas sebagai “Surga Nyata Bawah Laut di pusat Segitiga Karang Dunia”, menghadirkan potret yang sangat kontras. Dalam rangking BPS, penduduk di gugusan pulau ini menempati posisi ketiga tertinggi angka kemiskinan dengan persentase mencapai 14,36 persen.
Ironi serupa juga terjadi di sejumlah daerah lain yang kaya sumber daya alam, khususnya dari sektor tambang. Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) yang menjadi daerah tambang nikel aktif, tercatat sebagai daerah termiskin tertinggi di Sultra dengan angka kemiskinan 15,54 persen.
Posisi Konkep disusul Kabupaten Buton Tengah (Buteng) pada urutan kedua, sebelum Wakatobi dengan angka 14,40 persen. Berikutnya ada Kabupaten Buton Selatan (Busel) dan Buton Utara (Butur) dengan presentase penduduk miskin masing-masing 14,28 persen dan 14,09 persen. Semuanya menunjukkan tingkat kemiskinan tinggi meski memiliki potensi alam melimpah.
Daerah lain seperti Konawe dengan angka kemiskinan 13,25 persen berada di posisi ke-11, hanya sedikit berbeda dari Muna Barat (Mubar) yang memiliki angka 13,38 persen. Konawe Utara menempati posisi ke-12 dengan angka 13,17 persen.
Sementara Konawe Selatan (Konsel) di posisi ke-14 dengan angka 11,20 persen. Kabupaten Muna sendiri berada di angka 13,78 persen, sedikit lebih tinggi dari Kolaka Timur (Koltim) yang mencapai 13,71 persen.
Kota Kendari, ibu kota provinsi Sultra, mencatat angka kemiskinan terendah di seluruh Sulawesi dengan 4,23 persen, bahkan lebih rendah dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang berada di angka 4,43 persen.
Sementara itu, daerah dengan kemiskinan tertinggi di seluruh Pulau Sulawesi adalah Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo dengan 17,83 persen.
Potret ini menunjukkan bahwa keberlimpahan sumber daya alam tidak otomatis membawa kesejahteraan bagi masyarakatnya. Alih-alih menjadi mesin penggerak ekonomi lokal, keberadaan tambang dan potensi wisata justru belum mampu menekan angka kemiskinan secara signifikan.
Kondisi tersebut menuntut evaluasi serius terhadap distribusi manfaat ekonomi, tata kelola sumber daya, dan keberpihakan kebijakan pembangunan yang selama ini telah berjalan. Red