BERITA TERKINIEKOBISHEADLINE

Gula Aren “Munacu” Asal Sultra, UMKM Binaan BRIN Unjuk Gigi di Pameran Nasional Prabu Expo 2025

×

Gula Aren “Munacu” Asal Sultra, UMKM Binaan BRIN Unjuk Gigi di Pameran Nasional Prabu Expo 2025

Sebarkan artikel ini

LAJUR.CO, KENDARI – Dari pelosok Desa Wansugi, Kecamatan Kabangka, di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), produk gula aren dengan brand “Munacu” kini melangkah ke panggung nasional.

Usaha binaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini mencuri perhatian dalam Prabu (Produk Anak Bangsa Unggulan) Expo 2025 di Smesco Convention Hall, Jakarta. Munacu memperlihatkan bagaimana hasil olahan aren lokal bisa bersaing di tingkat nasional.

Pameran yang dibuka langsung oleh Wakil Menteri UMKM, Helvi Moraza, pada Rabu (5/11/2025) itu digelar selama dua hari, 5–6 November. Ajang tersebut menjadi ruang kolaborasi strategis bagi pelaku UMKM, pemerintah, lembaga riset, investor, dan marketplace dalam menghadirkan inovasi serta teknologi produksi.

Dalam gelaran itu, stan BRIN menampilkan sejumlah produk lokal hasil binaannya dari Kabupaten Muna, Sultra. Di antaranya olahan gula merek Munacu, yang terdiri atas gula semut, gula cetak, dan gula cair. Selain itu, turut dipamerkan Teh Kelor dan olahan kacang mete yang juga menjadi ikon daerah Muna.

Baca Juga :  Setoran Pajak PT SCM Hanya Rp43 Juta Setahun, Padahal Keruk Nikel & Buang Emisi Karbonnya di Sultra

Gula semut merk Munacu sendiri mulai ditetapkan pada tahun 2024, yang sebelumnya dikenal dengan gula Wansugi. Adanya aturan yang melarang penggunaan nama desa sebagai brand sebuah usaha, maka pengelola usaha tersebut bertransformasi dengan nama yang kental unsur lokalnya.

“Awalnya tahun 2023 kami ikut pameran belum punya brand, baru di 2024 kami tetapkan nama Munacu. Sebelumnya namanya gula semut Wansugi, tapi nama desa tidak boleh jadi merek. Setelah proses izin, akhirnya Munacu disetujui kementerian,” jelas Bambang Wihardi, pengelola Munacu.

Pengelola ‘Munacu’ Bambang Wihardi bersama Zainuri Iksan, pendamping UMKM dari BRIN dalam acara Prabu Expo 2025 di Smesco Convention Hall, Jakarta.

Bambang mengatakan, keikutsertaan Munacu di Prabu Expo menjadi langkah penting untuk memperkenalkan potensi aren Muna di level nasional. Menurut Bambang, hampir seluruh bagian pohon aren dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.

“Dari tanaman aren saja bisa diolah lidinya, sabut atau ijuknya, sampai kolang-kaling. Kolang-kaling juga potensial, bahkan sudah kami uji coba buat dodol karena gizinya tinggi,” ungkapnya.

Adanya kepercayaan petani aren bahwa memotong kolang-kaling bisa menurunkan produksi nira, lanjut Bambang, menjadi salah satu tantangan dalam pemanfaatan kolang kaling. Sehingga olahan kolang kaling belum begitu masif dilakukan, karena masih perlu dilakukan riset lebih lanjut.

Baca Juga :  Penerimaan Pajak di Sultra Merosot, Dipicu RKAB Tambang & Ekspor Aspal Buton yang ‘Down'

Untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi, Bambang berharap adanya dukungan teknologi dari pemerintah. Standar ekspor untuk gula semut, lanjut Bambang, menuntut kadar air tertentu yang biasanya antara 2 hingga 14 persen. Sehingga perlu peralatan modern agar produk Munacu bisa menembus pasar global.

“Kami butuh alat bantu produksi seperti mesin kristalisasi, ayakan, dan penggiling untuk membuat tepung. Itu sebenarnya sudah tersedia di kementerian, tinggal bagaimana kami bisa mengakses bantuan itu,” ujar Penyuluh Pertanian pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (TPHP) Pemkab Muna itu.

Potensi Aren di Kabupaten Muna Sangat Melimpah

Hasil pemetaan menggunakan drone menunjukkan bahwa di Desa Wansugi, terdapat sekitar 2.884 pohon aren produktif. Bambang menaksir, di seluruh wilayah Kabupaten Muna, populasi pohon aren bisa mencapai 5.000 sampai 10.000 pohon.

Baca Juga :  Koltim Teken APBD Perubahan Tahun Anggaran 2025

Melihat potensi besar itu, BRIN bersama Pemerintah Kabupaten Muna sejak 2023 menjalin kemitraan untuk mendorong pengembangan produk lokal. Batang aren yang sudah tak menghasilkan nira, jelasnya, dapat dijadikan papan, dan bagian dalam batangnya bisa diolah menjadi sagu.

“Kami melihat produk lokal Muna masih banyak yang belum terekspos. Karena itu, kami bantu agar dikenal luas, seperti gula aren Munacu ini,” ujar Zainuri Iksan, pendamping UMKM dari BRIN.

Menurut Zainuri, pendampingan BRIN tidak hanya berupa pelatihan teknis, tetapi juga peningkatan kapasitas dan inovasi produk turunan. Ia menegaskan, BRIN berkomitmen menjadikan pengolahan nira sebagai salah satu model pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi di daerah.

“Selain olahan Nira, kami juga dorong peningkatan nilai tambah melalui inovasi. Ke depan, kami akan masukkan ke dalam program PUMI (Pendampingan Usaha Mikro Berbasis Inovasi) agar pelaku usaha di sana mendapat akses pembinaan yang lebih luas,” jelasnya. Red

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x