BERITA TERKININASIONAL

Ilmuwan Panik! Tak Cuma Cuaca, Lautan Ikut Panas Mendidih

×

Ilmuwan Panik! Tak Cuma Cuaca, Lautan Ikut Panas Mendidih

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi. Foto : Ist

LAJUR.CO, JAKARTA – Beberapa waktu belakangan ini, cuaca panas ekstrem terjadi di sejumlah wilayah dunia, seperti Indonesia, China, Thailand, Bangladesh, Myanmar, Laos, dan India. Bahkan, Bangladesh sempat menembus suhu di atas 50 derajat celsius.

Namun, ternyata suhu yang mendidih tidak hanya terjadi pada cuaca, tetapi juga lautan global. Beberapa waktu ini, temperatur samudra mendadak meningkat hingga mencapai rekor.

Dilansir dari Metro, sejak 1 April 2023 lalu, temperatur lautan tembus hingga 21,1 derajat Celsius selama enam hari berturut-turut. Angka itu disebut sebagai rekor baru bila dibandingkan dengan catatan suhu pada 2016, yakni 21 derajat Celsius.

Baca Juga :  Rumah Pasutri di Kendari Barat Terbakar, Satu Orang Tewas

“Belum diketahui secara pasti mengapa perubahan bisa begitu cepat terjadi,” kata ahli kelautan di tim penelitian Mercator Ocean International, Karina Von Schuckmann, dikutip Sabtu (29/4/2023).

Sejauh ini, ilmuwan masih meneliti penyebab suhu laut yang mendadak hangat. Kemungkinan besar, fenomena ini berkaitan dengan dimulainya El Nino serta pemanasan global. Jika demikian, suhu lautan berpotensi terus naik dan kembali mengukir rekor dalam waktu dekat.

Laut yang semakin hangat menimbulkan sejumlah kekhawatiran bagi ilmuwan, termasuk pengaruh terhadap suhu global secara keseluruhan. Dikaitkan dengan ramalan El Nino yang kuat selama beberapa bulan ke depan, fenomena ini disebut dapat membuat bumi mendekati peningkatan suhu global sebesar 1,5 derajat Celsius.

Baca Juga :  Sulkarnain Kadir Penuhi Panggilan Kejaksaan, Pakai Baju Koko Putih

Ahli kelautan National National Oceanic and Atmospheric Administration, Gregory C Johnson, mengatakan bahwa pemicu suhu air laut meningkat bukan hanya El Nino. Namun, ada sejumlah gelombang panas laut atau titik pemanasan tak sesuai dengan pola El Nino, seperti di Pasifik utara dekat Alaska dan lepas pantai Spanyol.

“Ini adalah pola yang tidak biasa. Ini adalah peristiwa ekstrem dalam skala global, adalah sinyal yang sangat besar. Saya pikir akan membutuhkan beberapa tingkat upaya untuk memahaminya,” cetus pakar dari Princeton University, Gabe Vecchi.

Baca Juga :  Cegah Penyelewengan, Beli Solar Subsidi di SPBU se-Sultra Kini Wajib Pakai QR-Code

Sebagai informasi, terakhir kali El Nino menerpa Bumi adalah pada 2016. Kemudian, fenomena El Nino digantikan oleh fenomena cuaca La Nina yang dingin. Meskipun tanpa El Nino, suhu Bumi dinilai akan terus meningkat. Adm

Sumber : Cnbcindonesia.com

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x