LAJUR.CO, JAKARTA – Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut Indonesia tak lagi jadi 10 besar negara penyumbang emisi gas rumah kaca.
“Ternyata emisi kita kita di bawah rata rata global. Sebelumnya kita masuk sepuluh besar penghasil rumah kaca di dunia dan ini tidak bagus,” kata Dwikorita dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Jumat (9/6).
Dalam Diskusi Temu Bisnis dan Forum Investasi yang bertajuk “Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim” di gedung University Club UGM, Dwikorita mengatakan, kepastian Indonesia keluar dari 10 besar penyumbang emisi gas rumah kaca didapat setelah ada hasil pemantauan dari alat global greenhouse watch yang memonitor gas rumah kaca.
“Dengan adanya global ini ternyata rata-rata emisi gas rumah kaca di bawah global, sehingga keluar dari sepuluh besar penghasil gas rumah kaca,” jelasnya.
Dwikorita menuturkan, pada 2022 Indonesia masih masuk 10 besar. Pemasangan alat pemantau emisi gas rumah kaca atau global greenhouse watch yang dipasang di seluruh dunia tahun ini semakin bisa mengontrol emisi gas rumah kaca di RI.
“Alat ini sebagai pengawas atmosfer global. Satu di antaranya ada di BMKG. Tugasnya memonitor gas rumah kaca penyebab utama terjadinya pemanasan global,” jelasnya.
“Kita diharapkan nantinya bisa memahami secara mendalam di mana sumber gas rumah kaca di tingkat lokal. Saya kira perlu keterlibatan perguruan tinggi untuk memantau dan menganalisis,” kata Dwikorita.
Emisi gas rumah kaca yaitu senyawa co2, ch4 dan N20 cenderung meningkat dalam beberapa dekade ini. Akibat pemanasan global sebabkan kekeringan dan kenaikan suhu bumi antara 1 sampai 2 derajat celsius.
“ketersediaan sumber daya air makin rendah baik di negara maju maupun negara berkembang. Lalu adanya ancaman ketahanan pangan global, krisis pangan semakin menguat dan merata,” ucap Dwikorita.
“Diprediksi oleh FAO pada tahun 2050 sekitar 500 juta petani yang menghasilkan 80 persen produk pangan global akan kena dampak, kelaparan di mana-mana, nanti tidak ada negara yang bisa saling menolong, karena kekurangan pangan masing-masing,” bebernya.
Oleh sebab itu, perlu ada mitigasi buangan emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim supaya dampak pemanasan global diminimalisasi. Perubahan iklim ini bisa mengganggu ekonomi global dan politik dunia. Adm
Sumber : Kumparan.com