LAJUR.CO, KENDARI — Tragedi kecelakaan laut yang menewaskan Kepala Wilayah Kerja Pelabuhan Tampo, La Onus (51), terjadi saat kapal tongkang sedang berlayar melintasi perairan Tampo, Kabupaten Muna. Peristiwa nahas ini terjadi, Sabtu (18/10/2025, sekitar pukul 13.25 WITA.
Menurut Kepala Kantor UPP II Raha, Hamjan, kapal TB Buana Marine XXI dengan gandengan BG Buana Jaya 3321 bertolak dari Morowali IMIP menuju Pelabuhan Pomalaa, Kolaka. Saat melintas di koordinat 04°36.458’S / 122°41.915’E, tiba-tiba sebuah perahu nelayan dari arah depan kapal penarik tersebut memotong haluan tongkang.
“Perahu nelayan itu terlihat tersangkut di tali tongkang yang menghubungkan TB Buana Marine XXI dengan BG Buana Jaya 3321. Crew jaga langsung menghentikan mesin utama dan melaporkan kejadian kepada nahkoda pada pukul 13.27 WITA,” jelas Hamjan dalam keterangan resminya.
Perahu tersebut kemudian terbalik tepat di depan tongkang pada pukul 13.40 WITA. Nahkoda bersama kru kapal segera meminta bantuan dari perahu nelayan lain di sekitar lokasi kejadian untuk melakukan pencarian terhadap korban.
Perahu tersebut diketahui mengangkut tiga orang, yakni Muhtari (48), La Rone (63), dan La Onus (51). Muhtari berhasil selamat, sementara La Rone dan La Onus sempat dinyatakan hilang. Sehari kemudian, tepat pada Minggu (19/10) pagi, La Rone ditemukan tak bernyawa sekitar 0,6 mil laut arah tenggara dari lokasi awal dilaporkan terjadi kecelakaan.
Operasi Tim SAR gabungan terus dilakukan mengingat satu orang hilang tak kunjung ditemukan. Setelah lima hari pencarian intensif, korban terakhir yaitu La Onus, berhasil ditemukan pada Rabu (22/10/2025), pukul 06.15 WITA, dalam kondisi meninggal dunia. Jenazahnya berada pada lokasi sejauh 5,66 mil laut dari lokasi kejadian semula.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP) atau Basarnas Kendari, Amiruddin AS mengatakan, jenazah korban langsung diserahterimakan kepada pihak keluarganya pasca proses evakuasi selesai.
“Korban langsung dievakuasi ke rumah duka dan diserahkan kepada pihak keluarga,” kata Amiruddin A.S.
Operasi pencarian melibatkan berbagai pihak, termasuk KPP Kendari, Unit Siaga SAR Muna, TNI AL, Polri, KPLP, serta masyarakat setempat. Proses pencarian berlangsung dalam kondisi cuaca yang cukup bersahabat, dengan kecepatan angin 15 km/jam dan tinggi gelombang antara 0,1 hingga 0,25 meter.
Penyebab pasti kecelakaan, sambung Hamjan masih dalam proses penyelidikan. Dugaan awal mengarah pada manuver perahu yang memotong haluan kapal tongkang.
Tragedi ini menjadi pukulan berat bagi dunia pelayaran dan transportasi laut di Sulawesi Tenggara (Sultra), mengingat korban merupakan pejabat aktif yang bertanggung jawab atas pengawasan aktivitas pelabuhan di wilayah tersebut. Red