LAJUR.CO, KENDARI – Hari raya Idulfitri tahun 2024 akan dirayakan beberapa pekan lagi. Sejumlah masyarakat rantau di berbagai penjuru nusantara tengah menikmati momen mudik ini. Dimana mereka sangat menantikannya untuk berlebaran bersama sanak keluarga.
Seperti para perantau di Kota Kendari, salah satu tujuan mudik mereka adalah Pulau Muna. Jika menggunakan moda transportasi laut, pemudik melakukan penyeberangan menggunakan kapal cepat atau kapal malam melalui Pelabuhan Nusantara Kendari menuju Kota Raha.
Biasanya perusahaan jasa penyeberangan di Pelabuhan Nusantara Kendari menyediakan sejumlah armada untuk angkutan mudik lebaran dan arus balik. Untuk calon penumpang kapal cepat harus membayar sebesar Rp160 ribu per orang untuk harga tiket sekali jalan.
“Harganya tiket kapal cepat Rp160 ribu. Berbeda kalau kapal malam Rp145 ribu,” pengakuan seorang penumpang kapal cepat bernama Nunut, Rabu (20/3/2024).
Kapal cepat Cantika Express dan kawan-kawannya berada di bawah naungan PT Pelayaran Dharma Indah. Besaran harga tiket kapal cepat ini dibenarkan seorang agen tiket bernama Nona saat dikonfirmasi awak Lajur.co, Kamis (21/3).
“Rp160 ribu, kelas Ekonomi,” singkatnya.
Tiket Executive rute Kendari-Raha dewasa dipatok Rp160 ribu. Harga ini cukup tinggi dan tidak sesuai ketentuan tarif yang ditetapkan. Tarif tiket kapal cepat kelas ekonomi rute Kendari – Raha disepakati dalam aturan Pergub nomor 90 tahun 2022, seharga Rp140 ribu.
Tiket VIP rute Kendari-Raha untuk dewasa dibanderol dengan harga Rp255 ribu. Kemudian tiket Executive rute Kendari-Baubau untuk dewasa dibanderol dengan harga Rp235 ribu. Sedang tiket VIP rute yang sama seharga Rp315 ribu.
Di tengah tingginya harga tiket yang berlaku, belakangan pelayanan kapal cepat ini dikeluhkan beberapa penumpang. Selain harga tiket tidak sesuai dengan aturan pemerintah, juga terjadinya overload penumpang saat melakukan penyeberangan.
Perjalanan via kapal cepat rute Kendari – Raha ini hanya ditempuh selama kurang lebih 3 jam. Jika momen lebaran atau suasana pemilu/pilkada, banyaknya penumpang yang berburu tiket kapal cepat membuat sebagian penumpang tidak kebagian kursi (non seat).
Fatma, salah satu penumpang asal Muna Barat mengeluhkan soal sistem pelayanan yang diterapkan pihak perusahaan kapal dan pengelola pelabuhan. Menurutnya adanya penjualan tiket melalui calo menimbulkan ketidaknyamanan penumpang saat berada di dalam kapal.
“Kalau calo, jangan ambil penumpang kalau memang kursi sudah tidak ada. Karena itu yang bikin kacau dan saling rebut kursi. Ada penumpang yang duduk di kursi milik penumpang lain,” keluh Fatma diwawancarai Lajur.co, Jumat (22/3).
Pengalaman naik kapal cepat dengan tiket non seat juga dialami Idza, penumpang asal Kota Raha. Dia mengaku jika harga tiket non seat sama dengan harga tiket yang kursinya masih tersedia. Bahkan, berdasarkan pengalamannya ada penumpang yang masuk kapal tanpa tiket dan melakukan transaksi kepada calo tiket.
“Beli tiket tapi non seat itu perjanjiannya dengan calo akan dikasih kursi plastik. Adalagi yang tidak beli tiket, tapi pakai calo dan nanti bayarnya di kapal. Penumpang tidak dapat kursi plastik terpaksa harus duduk di tangga atau di lantai kapal. Bahkan kadang sampai berdiri selama perjalanan,” kata Idza, Sabtu (23/3).
Kondisi ini sangat disayangkan para penumpang seperti Fatma maupun Idza. Keduanya masing-masing memilih menggunakan kapal cepat jika hendak ke Kota Kendari atau pulang ke kampung mereka. Penjualan tiket tanpa nomor kursi ini sebagai penyebab membludaknya penumpang saat kapal akan diberangkatkan.
Selain mengganggu kenyamanan, keadaan seperti itu juga bagi Fatma sangat berbahaya apabila penumpang kapal sudah melebihi kapasitasnya. Ia berharap penjualan tiket cukup disesuaikan dengan nomor kursi yang tersedia. Sehingga hal-hal tidak diinginkan pun saat perjalanan dapat diminimalisir.
Senada dengan itu, Idza meminta agar pihak kapal dapat mengutamakan keselamatan penumpang. Ketika calon penumpang tidak memiliki tiket, maka tidak diperbolehkan masuk ke dalam kapal dan mendapatkan fasilitas seperti para penumpang yang mempunyai tiket.
“Yang bikin heran, pihak kapal mau pikirkan saja uang, tidak memikirkan orang lain. Kadang penumpang terhambur tidak tau mau duduk dimana. Keselamatan penumpang tidak diutamakan. Kalau tidak ada tiket tidak usah masuk kapal,” ucap Idza.
Pelayanan buruk lainnya juga dirasakan ketika penurunan penumpang berlangsung. Saat para penumpang tengah mengantre di pintu keluar, kerapkali harus berhadapan dengan para buruh yang berlomba masuk ke dalam kapal. Hal ini pun menambah ketidaknyamanan para penumpang.
Sebagai informasi, pemberlakuan tarif angkutan laut penumpang kelas ekonomi rute dimaksud yang melanggar aturan ini sudah menjadi sorotan publik sejak tahun 2023 lalu. Red