LAJUR.CO, KENDARI – Meski baru pertama kali turun di dunia debat, Radiatul Adewia, mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Halu Oleo (UHO), berhasil mencuri perhatian pada ajang Youth Inspiration Competition (YIC) 2025.
Dalam kompetisi yang mempertemukan peserta dari berbagai universitas ternama se-Indonesia itu, Radiatul bersama rekannya, Jirman mahasiswa program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) sukses meraih Juara 2 Nasional atau posisi Runner Up.
Youth Inspiration Competition (YIC) sendiri merupakan kompetisi nasional yang menguji kemampuan berpikir kritis, penyusunan argumen, serta analisis isu aktual melalui format debat akademik. Dimana peserta dituntut mampu menyampaikan argumen logis baik dari sisi pro maupun kontra, dengan mosi yang diberikan secara mendadak atau on the spot. Menjadikan ajang tersebut menjadi salah satu ruang pengembangan intelektual bergengsi bagi mahasiswa di Indonesia.

Radiatul mengungkapkan dirinya tidak pernah menyangka debutnya akan berakhir dengan prestasi besar. Ia menegaskan bahwa sejak awal dirinya lebih fokus pada proses belajar ketimbang memikirkan target juara.
“Ini sebenarnya lomba debat pertama saya. Saya benar-benar datang tanpa ekspektasi apa pun tentang hasil. Sejak awal, saya fokus pada proses – belajar memahami isu, mengasah kemampuan berbicara, dan berusaha memberikan yang terbaik pada setiap sesi,” ucap Radiatul Adewia, Selasa (18/11/2025).
Tim Kampus Hijau hanya memiliki waktu persiapan sekitar satu minggu sebelum bertolak ke Bogor. Selama waktu singkat itu, mereka berlatih intens mempelajari isu aktual, menyusun materi, hingga melakukan simulasi debat.
Radiatul menyebut persiapan cepat tersebut justru melatih fokus dan kedisiplinannya.
“Waktu yang singkat ini, justru mengajarkan saya untuk fokus, disiplin dan percaya dengan proses,” tutur Radiatul Adewia.
Dalam kompetisi, wanita berhijab ini menyebut tantangan terbesarnya adalah menjaga ketenangan dan ketajaman berpikir dalam waktu yang sangat terbatas. Format YIC menuntut peserta untuk menganalisis isu secara mendalam dan merespons argumen lawan dengan cepat.
“Kami harus cepat membaca pola lawan dan menyesuaikan strategi. Ketika mosi diberikan on the spot, kami hanya punya waktu 30 menit untuk menyusun argumen. Bahkan posisi tim pro atau kontra baru diketahui saat sudah berada di atas panggung,” ungkap Radiatul Adewia.
Radiatul menjelaskan keberhasilan timnya tidak terlepas dari pembagian peran yang jelas. Dimana dirinya fokus pada penyusunan argumen utama, sementara Jirman memperkuat analisis lanjutan serta klarifikasi. Kolaborasi tersebut membuat ritme debat mereka tetap solid.
Radiatul juga menyampaikan bahwa keluarga, teman-teman, serta fasilitator Etos ID menjadi bagian penting dalam perjalanan mereka. Dukungan moral dan semangat dari lingkungan terdekat membuatnya semakin percaya diri menghadapi kompetisi nasional tersebut.
Kedepan mahaiswi FKIP ini, berencana untuk terus mengikuti kompetisi serupa demi meningkatkan kapasitas diri dan membawa nama baik kampus. Ia juga memberi pesan kepada mahasiswa UHO agar berani mengambil peluang.
“Jangan takut mencoba. Kita tidak perlu menunggu sempurna untuk mulai berkompetisi. Pengalaman di lapangan justru yang mengasah kemampuan,” kata Radiatul Adewia.
Laporan : Ika Astuti




