LAJUR.CO, KENDARI – Digitalisasi perbankan membuat pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) kini bisa dilakukan secara online tanpa harus datang ke kantor cabang. Meski praktis, KPR online memiliki karakteristik berbeda dibandingkan KPR konvensional yang perlu dicermati calon debitur.
Pengajuan KPR selama ini dikenal sebagai proses yang memerlukan banyak tahapan, mulai dari konsultasi langsung, pengumpulan dokumen, hingga verifikasi oleh pihak bank. Namun, perkembangan teknologi digital mendorong bank menyediakan layanan KPR online sebagai alternatif yang lebih praktis dan efisien.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menyatakan kemudahan tersebut memang memberikan keuntungan dari sisi kecepatan dan akses. Namun, di balik kemudahan itu terdapat sejumlah risiko yang perlu diperhitungkan, terutama terkait verifikasi data dan pemahaman debitur terhadap produk kredit yang diajukan.
Keunggulan KPR Online
Proses Lebih Cepat dan Efisien
KPR online dinilai unggul karena mampu memangkas tahapan administratif yang selama ini memakan waktu cukup panjang. Seluruh proses pengajuan dilakukan melalui platform digital, sehingga calon debitur tidak perlu lagi bolak-balik datang ke kantor bank. Efisiensi ini tidak hanya mempercepat proses persetujuan, tetapi juga membuat pengajuan kredit menjadi lebih praktis bagi masyarakat.
Tauhid menyatakan bahwa kemudahan akses KPR secara online membuat pengajuannya lebih praktis. Kemudahan tersebut menjadi alasan utama KPR online semakin diminati. Proses yang ringkas berpotensi menekan biaya-biaya tambahan yang biasanya muncul dalam pengajuan kredit konvensional.
“Ya yang sekarang (KPR) ya karena online ya biasanya prosesnya lebih cepat, lebih mudah dan juga bisa lebih efisien ya. Dan juga kemungkinan biayanya lebih murah gitu ya,” ujarnya kepada detikProperti.
Fitur Simulasi Cicilan yang Memudahkan Perencanaan
Keunggulan lain dari KPR online terletak pada fitur simulasi cicilan yang kini hampir tersedia di seluruh layanan perbankan digital. Melalui fitur ini, calon debitur dapat langsung menghitung estimasi cicilan berdasarkan besaran uang muka, tenor pinjaman, hingga skema bunga yang dipilih.
Perencanaan keuangan dapat dilakukan sejak awal sebelum mengajukan kredit. Terdapat juga simulasi cicilan yang membantu calon debitur memahami kemampuan finansialnya secara lebih realistis. Kemudahan ini juga membantu debitur mengenali risiko yang mungkin muncul di kemudian hari.
Pemanfaatan Big Data untuk Menilai Kelayakan Debitur
Dari sisi perbankan, pengajuan KPR secara online memungkinkan penggunaan big data dalam menilai kelayakan calon debitur. Data tersebut digunakan untuk melihat pola perilaku keuangan serta kemampuan bayar pemohon kredit, sehingga keputusan kredit dapat diambil dengan lebih terukur.
“Itu bisa diverifikasi menggunakan big data. Ini layak bayar atau tidak. Misalnya saya di profiling (dianalisis) pakai big data. Apakah saya termasuk orang yang mampu atau tidak. Tetapi kalau offline kan sulit gitu ya,” ujarnya.
Penggunaan KPR Online bisa dengan cepat menganalisis calon debitur dengan penggunaan teknologi. Sehingga dalam hal ini, calon konsumen KPR online juga lebih efisien perihal waktu untuk menunggu keputusan terkait pengajuan KPR-nya.
Kekurangan KPR Online
Risiko Verifikasi Identitas dan Dokumen
Di balik kemudahannya, KPR online memiliki kelemahan pada verifikasi identitas dan dokumen. Proses digital dinilai lebih rentan dibandingkan pemeriksaan tatap muka, terlebih dengan berkembangnya teknologi yang membuat pemalsuan dokumen calon pemohon menjadi sulit terdeteksi. Tauhid menilai kondisi tersebut berbeda dengan pengajuan KPR konvensional yang memungkinkan bank melakukan pengecekan dokumen secara langsung.
“Kalau online sekarang dengan digitalisasi, dengan AI (Artificial Intelligence) dan sebagainya sangat mudah kan dipalsukan ya. Tapi begitu offline kan bisa kita tahu dokumen, cek dan sebagainya sangat mungkin diperiksa. Jadi verifikasinya itu punya resiko,” ujarnya.
Melalui proses offline, petugas bank dinilai lebih mudah memastikan keaslian dokumen. Hal ini sekaligus meminimalkan potensi risiko kredit bermasalah.
Minimnya Komunikasi Dibandingkan KPR Konvensional
KPR konvensional masih dianggap lebih unggul dalam hal komunikasi antara pihak bank dan calon debitur. Interaksi tatap muka memungkinkan nasabah memperoleh penjelasan lebih rinci terkait produk, skema pembiayaan, hingga risiko yang mungkin muncul. Selain itu, proses komunikasi langsung juga memberi ruang bagi bank untuk meyakinkan dan membimbing calon debitur sesuai kebutuhannya.
Kelebihan pengajuan KPR secara offline terletak pada adanya proses komunikasi dan persuasi langsung antara petugas bank dan calon debitur. Hal itu membuat nasabah dapat lebih mudah memahami produk, kriteria, serta persyaratan yang diperlukan.
Sebaliknya, pengajuan secara online sering dianggap sulit dipahami karena tahapan prosesnya bisa lama dan kurang transparan, sehingga sebagian calon debitur merasa prosesnya kurang jelas, terutama ketika terjadi kendala atau keterlambatan dalam persetujuan kredit.
Syarat dan Langkah-langkah Pengajuan KPR Online
Secara prinsip, syarat pengajuan KPR online tidak jauh berbeda dengan KPR konvensional. Calon debitur tetap perlu menyiapkan dokumen identitas dan bukti kemampuan finansial, yang menjadi dasar bank dalam menilai risiko dan kelayakan kredit.
Penyesuaian dokumen lebih ditentukan oleh profesi calon debitur, yaitu karyawan swasta dan Pegawai Negeri biasanya diminta slip gaji dan surat keterangan kerja. Sementara, pelaku usaha harus melampirkan dokumen usaha dan aset pendukung.
Setelah dokumen disiapkan, pengajuan KPR online dilakukan dengan mengisi formulir melalui platform resmi bank dan mengunggah semua lampiran yang diperlukan. Proses verifikasi dan penilaian kelayakan kredit kemudian dilakukan secara digital, meskipun cenderung memakan waktu lebih lama dibandingkan pengajuan offline apabila ada dokumen yang kurang.
Dengan ini, KPR online maupun konvensional memiliki keunggulannya masing-masing. Mekanisme online tetap menjadi pilihan praktis bagi calon debitur yang ingin menghemat waktu tanpa harus datang ke kantor cabang. Namun, jika debitur masih terlalu awam dengan KPR, menggunakan metode konvensional lebih disarankan, karena bisa langsung berhubungan dan berinteraksi dengan pihak penyalur kredit. Adm
Sumber : Detik.com



