LAJUR.CO, KENDARI – Upaya meningkatkan kesiapsiagaan bencana terus dilakukan di Desa Liya One Melangka, Kabupaten Wakatobi, melalui serangkaian kegiatan sosialisasi dan simulasi gempa bumi serta tsunami yang menyasar seluruh elemen masyarakat, mulai dari pelajar hingga warga dewasa.
Kegiatan diawali sejak pagi hari di SD Negeri 1 Liya One Melangka, di mana para siswa diperkenalkan pada konsep dasar bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami. Dalam sesi ini, siswa belajar cara berlindung saat gempa terjadi serta pentingnya memahami jalur evakuasi menuju tempat aman.
Memasuki sore hari, ratusan warga dari tiga dusun One Digi, One Melangka, dan One Sipi berkumpul di Kantor Desa untuk mengikuti sosialisasi dan diskusi evakuasi tsunami. Antusiasme masyarakat terlihat tinggi, menandakan adanya kesadaran bersama akan pentingnya mitigasi bencana.
“Pengetahuan tentang gempa dan tsunami mulai luntur di masyarakat. Melalui kegiatan ini, kami berupaya menggabungkan kembali pengetahuan ilmiah dengan kearifan lokal yang dimiliki,” ujar Nuraini Rahma Hanifa, peneliti BRIN yang menjadi pemateri dalam acara tersebut.
Dalam sesi pemaparan, warga dikenalkan pada karakteristik bencana tsunami, indikator kesiapan desa, serta strategi evakuasi yang efektif. Materi disampaikan secara interaktif oleh tim gabungan dari BRIN dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Wanci memang jarang merasakan gempa, tapi tsunami bisa datang sebagai dampak. Ini penting untuk dipahami agar tidak lengah,” jelas Dr. Endra Gunawan, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat ITB.
Usai sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan simulasi evakuasi tsunami secara mandiri. Selama kegiatan, warga dari masing-masing dusun menyusun peta evakuasi berbasis komunitas. Peta tersebut memuat lokasi rumah, jalur utama, jalur alternatif, titik kumpul, dan zona aman akhir yang telah disepakati.
Simulasi menjadi bagian latihan praktis untuk memastikan warga mengetahui jalur tercepat dan teraman saat menghadapi situasi darurat. Setiap dusun memiliki kondisi geografis dan tingkat kepadatan berbeda, sehingga keterlibatan masyarakat dalam menyusun jalur evakuasi menjadi sangat krusial.
Kegiatan ini tidak hanya memberi pemahaman teknis, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kesiapsiagaan kolektif. Tingginya partisipasi warga dalam diskusi, tanya jawab, hingga penyusunan rencana evakuasi menunjukkan bahwa budaya sadar bencana mulai tumbuh di tengah masyarakat.
Dengan adanya pelatihan tersebut, Desa Liya One Melangka diharapkan menjadi desa yang tidak hanya siap secara pengetahuan, tetapi juga tangguh secara tindakan dalam menghadapi potensi bencana di masa depan. Adm