OPINI

Perekonomian Rumah Sakit Menurun, Tanggung Jawab Siapa?

×

Perekonomian Rumah Sakit Menurun, Tanggung Jawab Siapa?

Sebarkan artikel ini
Siti Komariah
Siti Komariah

Siti Komariah

Freelance Writer

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sangat berdampaknya pada semua sektor, terutama di bidang perekonomian. Kondisi ini juga dirasakan pada Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit (RS) Konawe. Hal itu dilihat dari jumlah kunjungan pasien yang turun drastis per bulannya secara tidak langsung, mempengaruhi turunnya jumlah pendapatan rumah sakit.

Kepala BLUD Rumah Sakit Konawe dr. Agus Lahida, menjelaskan bahwa Pandemi Covid 19 yang melanda Indonesia memberikan dampak buruk dari sisi penghasilan dan kepercayaan masyarakat bagi rumah sakit.

”Rumah Sakit harus bekerja keras karena banyaknya utang akibat operasional lebih besar dibanding pendapatan. Belum lagi berkurangnya jumlah masyarakat yang akan berobat ke BLUD RS Konawe karena takut terpapar Covid,” jelasnya, Rabu (17/11/2021).

Selain banyak perawat atau tenaga ahli yang terpapar, Covid tentu saja mempengaruhi tingkat pelayanan. Agus mengungkapkan, dengan adanya permasalahan yang timbul akibat pandemi Covid – 19, maka pihak managemen rumah sakit membuat beberapa strategi – strategi untuk bisa memulihkan kondisi perekonomian yang menurun (indosultra.com, 17/11/2021).

Sungguh ironis, hingga kini ternyata kesehatan masih menjadi masalah pelik dalam negeri ini. Bukan hanya masalah biaya kesehatan yang kian melejit, namun juga ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang memadai di daerah-daerah sebagai penunjang terlaksananya pelayanan kesehatan, serta pembiayaan rumah sakit pun tak luput dari masalah.

Seyogyanya, kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi oleh negara. Negara bertangungjawab menyediakan layanan kesehatan yang murah, bahkan gratis. Penyediaan sarana dan prasarana, serta pembiayaan pun menjadi tangung jawab negara.

Namun, akibat penerapan sistem kapitalisme yang diadopsi hampir seluruh negeri di dunia ini, tanpa terkecuali Indonesia, membuat negara ini kehilangan tanggungjawabnya sebagai periayah urusan rakyatnya. Sistem ini telah memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga, tak heran jika rumah sakit dalam sistem kapitalisme harus bisa swadaya sendiri. Biaya operasional tidak sepenuhnya diberikan oleh pemerintah, walaupun rumah sakit tersebut milik negara. Bahkan, rumah sakit diberikan wewenang untuk menarik tarif kepada rakyat.

Hal ini semakin membuktikan jika kesehatan dijadikan sebagai ajang bisnis, bukan sebagai jasa guna melayani kebutuhan rakyatnya. Ya, kapitalisasi kesehatan memang telah terjadi sejak dulu. Sebab, negara lepas tangan dalam mengurus urusan rakyatnya.

Maka tidak heran jika rumah sakit didalam sistem kapitalisme  merupakan badan usaha untuk meraup keuntungan, baik bagi pemerintah sendiri, ataupun bagi para pemilik modal. Sebab, asas dari penerapan sistem kapitalisme adalah materi, sehingga pemerintah dalam sistem kapitalisme selalunya berhitung untung rugi kepada rakyatnya, termaksud dalam masalah pemenuhan kebutuhan rakyatnya, yaitu kesehatan.

Hal ini berbeda dengan Islam. Islam memandang jika kesehatan merupakan kebutuhan pokok publik, bukan jasa yang dikomersialkan. Rasulullah Saw bersabda, “Siapa saja yang ketika memasuki pagi hari mendapati keadaan aman kelompoknya, sehat badannya, memiliki bahan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah menjadi miliknya” (HR. Al-Bukhori). Maksudnya negara tidak boleh, bahkan haram mengadakan program  yang bertujuan mengomersilkan segala urusan rakyatnya, termaksud pelayanan kesehatan.

Sehingga, islam mewajibkan negara bertangungjawab langsung dalam pemenuhan kebutuhan pokok publik, seperti penyediaan layanan kesehatan, murah, gratis dan berkualitas.  Sebab hal tersebut merupakan bagian dari kewajiban negara dalam periayahan (pengurusan) atas rakyatnya. Rasulullah Saw. bersabda “Imam (khalifah) adalah pengurus, ia bertangungjawab atas urusan rakyatnya” (HR. Muslim)

Sehingga dalam Islam pembiayaan rumah sakit diberikan sepenuhnya oleh negara. Tidak dibenarkan ada rumah sakit yang menarik tarif kepada masyarakat, yang ada justru negara memberikan santunan kepada rakyat yang sedang sakit, dikarenakan ketidakmampuan mereka dalam mencari nafkah.

Sedangkan dalam pembiayaan kesehatan. Islam juga memiliki sumber-sumber pembiayaan yang mutlak. Dimana pembiayaan tersebut telah diatur dalam pembiayaan baitul mal sesuai syariat Allah Swt. Sumber pemasukan baitul mal seperti dari hasil pengelolaan sumber daya alam yang dikelola oleh negara. Sehingga, negara akan mampu menciptakan kesehatan yang gratis dan kesejahteraan yang hakiki. Wallahu A’alam Bisshawab.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x