LAJUR.CO, KENDARI – Tren penjualan emas di Kota Kendari pada akhir tahun 2025 cenderung mengalami penurunan. Para pedagang di dua pusat perdagangan emas melihat transaksi emas saat ini lebih bergantung pada kebutuhan mendesak masyarakat dibanding pola musiman.
Di Pasar Basah Mandonga, pemilik Toko Emas Cahaya Resky 2, Arsidin, menyebut jika penjualan tahun ini tidak seramai tahun sebelumnya. Pembelian emas, katanya, tidak memiliki musim tertentu.
“Alhamdulillah ada ji saja yang laku, ada yang jual, ada yang beli, tapi dibanding dengan tahun kemarin itu agak menurun. Pokoknya kalau bilang pembelian yang lancar toh nda ada musimnya. Kalau orang butuh, dia beli atau dia jual toh,” ujar Arsidin kepada lajur.co, Selasa (9/12/2025).
Kota Surabaya dan Kota Makassar menjadi dua daerah sumber Arsidin memasok emas di tokonya, yang telah beroperasi beberapa tahun silam itu.
Jenis emas yang paling banyak diperdagangkan di tokonya meliputi anting, cincin, dan gelang dengan kadar 22 dan 23 karat. Persaingan antarpenjual, sambungnya, cukup ketat, terutama dari sisi model dan harga.
Sementara itu, Musdalifah yang juga memasok emas dari Kota Makassar menuturkan bahwa emas 22 karat menjadi produk yang paling dicari, terutama untuk kebutuhan pernikahan adat.
“Emas 22 paling banyak dicari kalau orang setempat mau nikah. Katanya emas adat. Buat syarat nikah harus kalung,” kata Musdalifah, pemilik Toko Emas Putri Batam di Mall Mandonga.
Di tokonya, harga emas 22 karat untuk kalung berada di kisaran Rp1,4 juta, sementara cincin emas 22 karat dibanderol sekitar Rp2,5 juta. Harga tersebut, kata Musdalifah, mengikuti perubahan harga emas yang belakangan tidak stabil.
Ia menyebut fluktuasi harga emas sepanjang tahun membuat permintaan tidak menentu. Namun sebagian pembeli tetap bertransaksi ketika memang membutuhkan.
“Respon pembeli macam-macam. Ada yang tetap beli kalau memang butuh,” tambahnya.
Musdalifah yang telah berjualan di Kendari sejak tiga tahun lalu juga menyoroti persaingan yang berbeda antara pedagang di lingkungan Mall Mandonga dan di wilayah Kota Kendari secara luas.
“Kalau di Mall Mandonga kita keluarga besar, persaingan sehat. Tapi kalau di Kota Kendari kurang sehat, kadang ada yang jelek-jelekkan kualitas toko lain,” ungkapnya.
Meski demikian, Musdalifah mengaku tidak mengalami tantangan berarti selama berjualan emas di Kota Lulo. Sebelum membuka usaha di kota ini, ia bekerja dan berbisnis di Batam, namun kondisi pandemi membuatnya beralih usaha.
“Awalnya pas korona daerah kami seperti kota mati. Saya dipanggil adek ke sini jalan-jalan, tapi rasanya nyaman, akhirnya coba-coba buka toko. Alhamdulillah sampai sekarang,” tuturnya.
Secara keseluruhan, para pedagang menilai tren penjualan emas di Kendari saat ini lebih ditopang oleh kebutuhan mendadak, bukan aktivitas konsumtif atau investasi.
Fluktuasi harga yang tidak stabil ditambah dengan persaingan antarpenjual menjadi faktor yang turut memengaruhi dinamika pasar emas di kota ini. Red



