LAJUR.CO, KENDARI – Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) terus menunjukkan keseriusannya dalam melindungi petani dari gejolak harga dan ketimpangan pasar.
Melalui langkah cepat dan kolaboratif, Pemda Koltim memperkuat pengawasan harga gabah, memperluas program pertanian terpadu, dan menyiapkan infrastruktur pangan bersama Perum Bulog.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian, dan Statistik (Kominfo) Koltim, I Nyoman Abdi, mengatakan pemerintah daerah sangat peduli dengan keluhan petani, terutama terkait anjloknya harga gabah di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
“Kita sangat peduli dengan keluhan petani di lapangan. Makanya PLT Bupati langsung mengeluarkan surat edaran melalui Satgas Pangan. Tim ini sudah kita bentuk dan aktif memantau perkembangan harga gabah di lapangan,” ucap I Nyoman Abdi, Senin (21/10/2025).
Tim Satgas Pangan yang di bentuk Bumi Sorume ini bertugas secara intensif memantau perkembangan harga gabah di tingkat petani. Satgas ini berkolaborasi dengan penyuluh, camat, dan aparat Babinsa (Babin) di lapangan untuk memastikan harga gabah tetap stabil dan sesuai dengan HPP yang ditetapkan.
Nyoman mengungkapkan, dalam beberapa waktu terakhir harga gabah di lapangan sempat bergejolak akibat permainan tengkulak. Namun kondisi berbeda terjadi pada komoditas jagung, di mana harga di tingkat tengkulak justru lebih tinggi dari HPP, mencapai Rp7.000 per kilogram karena tingginya kebutuhan pakan ternak.
“Lucunya, harga jagung malah tinggi. Di tingkat tengkulak bisa sampai Rp7.000 per kilo biasanya itu Rp5.500 bahkan di atas Rp6.000 per kilo. Karena kebutuhan pakan ternak, jadi kita di Koltim banyak petani tidak menjual ke Bulog jagungnya. Pasti sudah di ambil oleh tengkulak karna lebih mahal,” tutur I Nyoman Abdi.
Menurutnya, geliat pertanian di Koltim memang cukup besar. Petani kini banyak mengembangkan pola tanam tumpang sari, misalnya menanam jagung di sela tanaman sawit atau kakao.
Bahkan, melalui kerja sama dengan Polri, Pemda Koltim mendorong program gerakan tanam jagung dua hektare per desa menggunakan dana desa, yang melibatkan lebih dari 117 desa.
Selain jagung dan padi, Koltim juga mendorong pengembangan komoditas kakao terintegrasi. Program ini dikembangkan bersama Bank Indonesia (BI) sejak 2023, melibatkan bantuan peternakan sapi dan pemanfaatan pupuk organik dari kotoran ternak.
“Jadi kita dibantu peternakan sapi oleh BI dimana kotoran dan air kemi sapi itu diolah oleh petani. Hari ini sudah berjadi di dua kecamatan Aere dan Lambadia,” kata I Nyoman Abdi.
Pemda Koltim juga diketahui sudah memiliki produk olahan kakao lokal bernama Coltik Chocolate, hasil inovasi kelompok petani sejak 2019. Program ini kini dihidupkan kembali dengan dukungan peralatan dan pembinaan dari BI.
Di sisi lain, langkah penting juga dilakukan Pemda Bumi Sorume dengan menandatangani MoU bersama Perum Bulog untuk pembangunan infrastruktur pangan pascapanen seperti gudang penyimpanan dan Rice Milling Unit (RMU) berkapasitas besar.
“Kita sangat antusias karena infrastruktur ini akan menjawab keluhan petani. Dulu ketika panen menumpuk, penggilingan swasta tidak sanggup menampung. Dengan RMU Bulog nanti, hasil panen bisa langsung diserap,” ujar I Nyoman Abdi.
Ia menyebutkan, saat ini Pemda Koltim bahkan sudah menyiapkan lahan untuk pembangunan gudang dan RMU tersebut, dan tengah dibahas dalam Forum Penataan Ruang Daerah untuk disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah.
“Siang ini saja kita sudah tindak lanjuti di forum penataan ruang. Lahannya sudah siap, dan pembangunannya akan dibiayai APBN. Jadi kita sangat antusias dan itu luar biasa ketimbang bangun sendiri berapa biayanya,” ungkap I Nyoman Abdi.
Dengan luas areal persawahan mencapai 17 ribu hektare, Koltim kini menjadi salah satu penopang utama ketahanan pangan Sulawesi Tenggara selain Konawe dan Bombana.
“Kami ingin petani Koltim tidak lagi cemas soal harga dan penyerapan hasil panen. Kalau infrastruktur pascapanen siap, Bulog pasti sanggup membeli, gudang siap menampung, dan harga tidak akan lagi dipermainkan,” kata I Nyoman Abdi.
Laporan : Ika Astuti