LAJUR.CO, KENDARI – Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Andi Sumangerukka mengambil langkah tegas menertibkan kebiasaan tawuran antarpelajar yang melibatkan sejumlah sekolah menengah tingkat atas di Kota Kendari.
Pasca insiden pengeroyokan sadis menimpa siswa SMAN 12 Kendari, ASR menginstruksikan sekolah yang terlibat aksi tawuran bergiliran melakukan apel pagi di halaman Kantor Gubernur Sultra. ASR sendiri telah mengantongi data sekolah di Kota Kendari yang kerap terlibat kasus tawuran antarpelajar dan wajib mengikuti treatment apel pagi di Kantor Gubernur Sultra.
Apel pagi pelajar SMA di halaman Kantor Gubernur Sultra dilakukan secara bergilir dan mulai diberlakukan Selasa (19/8/2025). Gubernur ASR menyatakan akan memimpin langsung apel pagi tersebut.
Instruksi apel bergilir empat SMA yang terlibat tawuran tepat di momen HUT RI diumumkan langsung ASR dalam rapat khusus bersama kepala sekolah di Ruang Rapat RSUD Bahteramas, Senin (18/8/2025), sesaat sebelum 01 Sultra itu membesuk siswa korban pengeroyokan antarpelajar di ruang ICU Bahteramas.
“Semua saya tunggu. Kumpul, datang di Kantor Gubernur. Nanti siapkan semua kendaraan. Fasilitasi,” tegas ASR di hadapan para kepsek.
Strategi ASR mewajibkan para siswa yang terlibat tawuran mengikuti agenda apel pagi di Kantor Gubernur bertujuan memberikan efek jera.
“Nanti saya suruh latihan baris-berbaris sama Danrem,” ucap ASR.
Tak main-main, ASR bahkan mengancam siswa yang mencoba bolos apel pagi dikirim ke barak militer TNI. Layaknya Gubernur Jawa Barat, pengiriman siswa bandel ke barak militer oleh ASR dinilai sebagai bentuk hukuman yang pantas bagi siswa yang menolak dibina secara persuasif.
“Kalau tidak, nanti masukkan di Batalyon, nanti kayak Jabar,” sambung ASR.
Menurutnya, aksi pengeroyokan fatal menimpa siswa SMAN 13 Kendari berujung fatal menyebabkan korban harus menjalani operasi beruntun sudah di luar batas kewajaran. Ia menyentil sikap Dinas Pendidikan termasuk kepala sekolah yang menganggap aksi tawuran dan tindakan provokasi antarpelajar sebagai hal biasa.
Kata ASR, kepsek wajib bertanggung jawab atas kesalahan dilakukan oleh siswa. Tindakan yang mencoreng citra dunia pendidikan di Sultra wajib menjadi atensi dan harus diberantas cepat, tanpa menunggu korban lain berjatuhan.
“Jangan bilang biasa. Jangan biarkan masalah yang harusnya bisa diselesaikan. Kalau ada kejadian serupa, artinya kepsek yang tidak becus,” tegasnya.
Ia menyatakan tak segan mencopot kepala sekolah yang siswanya terlibat tawuran.
“Dua-dua kepsek saya copot,” cetus ASR. Adm