LAJUR.CO, KENDARI – Belakangan ini marak penipuan digital berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan seperti deepfake atau account takeover (ATO) yang menyasar seluruh kalangan masyarakat.
Beberapa contoh penipuan ini misalnya adalah adanya video call dari kerabat dengan modus pinjam uang, tetapi nada bicaranya janggal. Modus lainnya adalah pengiriman SMS yang meminta korban untuk membagikan kode one time password (OTP).
Melihat ancaman tersebut, perusahaan penyedia layanan identitas digital PT Indonesia Digital Identity atau VIDA meluncurkan lama edukatif bernama Where’s The Fraud Hub.
Laman ini dirancang khusus untuk membantu masyarakat mengetahui cara mendeteksi dan memahami modus penipuan yang menggunakan teknologi AI atau kecerdasan buatan.
Founder & Group CEO VIDA Niki Luhur menjelaskan, penipuan berbasis AI bukan lagi bayang-bayang masa depan, melainkan ancaman nyata yang tengah dihadapi masyarakat.
“Kami percaya bahwa edukasi adalah kunci utama dalam memerangi penipuan yang semakin canggih. Melalui Where’s The Fraud Hub, VIDA menyediakan wawasan real-time, analisis tren, dan dan literasi publik untuk melindungi identitas digital masyarakat,” ujar dia dalam keterangan resmi, Rabu (7/8/2025).
Ia menambahkan, Where’s The Fraud Hub menyediakan white paper, studi kasus, dan data terkini tentang penipuan digital.
Laman ini juga menawarkan panduan praktis mendeteksi penipuan berbasis AI, dan video edukasi publik dan Public Service Announcement (PSA) yang mudah dipahami.
Lebih lanjut, Niki menerangkan, riset VIDA bertajuk Where’s The Fraud: Protecting Indonesian Businesses from AI-Generated Digital Fraud yang dilakukan pada 2024 lalu, menunjukkan 97 persen perusahaan di Indonesia mengalami insiden ATO dalam 12 bulan terakhir, dengan 84 persen di antaranya terkait kerentanan SMS OTP.
“Platform ini bukan sekadar kumpulan informasi, tetapi pusat pembelajaran interaktif yang memungkinkan masyarakat memahami dan mengenali berbagai jenis penipuan digital,” tutur Niki.
Sedikit catatan, Where’s The Fraud Hub didukung oleh berbagai institusi, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), serta tokoh industri terkemuka.
Direktur Pengawasan Sertifikasi dan Transaksi Elektronik Kementerian Komunikasi dan Digital RI Teguh Arifiyadi menyempaikan, lebih dari 90 persen penipuan digital berasal dari serangan social engineering, phishing, dan metode sejenis yang mengeksploitasi rendahnya literasi digital korban.
“Serangan bisa datang dari mana saja dan menyasar siapa saja. Bagi kami, aspek paling penting adalah bagaimana sebuah perusahaan memitigasi risikonya dan memiliki sistem backup yang kuat. VIDA, sebagai penyelenggara Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE), memegang peran penting dalam melakukan verifikasi identitas yang akurat demi mencegah bahaya penipuan digital yang kini makin canggih,terlebih dengan adanya dorongan teknologi AI,” tutup Teguh. Adm
Sumber : Kompas.com