LAJUR.CO, KENDARI – Kalau kamu sering kesulitan bilang “tidak” pada permintaan orang lain dan selalu menomorsatukan kebutuhan teman, pasangan, atau keluarga, besar kemungkinan kamu adalah seorang people pleaser.
Sifat ini sebenarnya wajar dan memang tindakannya berbeda-beda. Ada yang sekadar ikut tertawa saat mendengar lelucon yang nggak lucu, hingga yang mengiyakan liburan dalam waktu yang lama, padahal lagi nggak mampu secara finansial dan nggak ingin ikut.
“Kebanyakan orang ingin merasa diterima dan punya ikatan langgeng dengan orang lain. Dan kita merasa sangat sakit hati ketika ditolak orang lain. Kita takut sendirian sebab itu artinya kita tidak dicintai. Maka, kita berusaha keras untuk menyenangkan orang lain agar terhindar dari penolakan, pengabaian, atau kesepian,” ujar Dr. Lalitaa Suglani, psikolog asal Inggris seperti dilansir Hindustan Times.
6 Tipe People Pleaser
Menurut Lalitaa, sifat people pleaser ini terbagi dalam enam tipe dengan ciri khas masing-masing
- Conflict Avoider (Penghindar Konflik)
Orang tipe ini rela menekan opini atau nilai pribadinya demi menjaga kedamaian. Mereka sering mengiyakan ajakan yang sebenarnya nggak ingin dilakukan hanya untuk menghindari ketegangan. Akibatnya? Mereka bisa merasa terisolasi, kesal, dan frustrasi karena selalu menomorsatukan orang lain.
- Over Accommodator (Selalu Bilang “Iya” Secara Berlebihan)
Mereka selalu berkata “iya”, bahkan ketika energi atau waktunya terbatas. Di tempat kerja, misalnya, mereka rela mengambil proyek baru meski belum menyelesaikan yang lama, dan sering begadang demi menuntaskannya. Kebiasaan ini biasanya bermula dari pengalaman masa kecil, ketika pujian hanya diberikan saat mereka patuh atau berprestasi.
- Overachiever (Si Pengejar Prestasi)
Tipe ini menilai harga diri melalui pencapaian. Mereka bekerja keras, selalu hadir untuk orang lain, dan ingin selalu terlihat sempurna. Contohnya, sukarelawan yang ingin dipuji atas kerja kerasnya, meski sebenarnya nggak nyaman berada di sorotan.
- Caretaker (Si Penjaga)
Caretaker merasa perlu “memperbaiki” masalah dan emosi orang lain agar diri mereka merasa dibutuhkan. Mereka sering menomorsatukan kebutuhan orang lain di atas dirinya sendiri, sampai lupa merawat diri sendiri. Dampaknya bisa burnout, stres kronis, dan kesehatan terganggu.
- Approval Seeker (Si Pengejar Persetujuan)
Approval seeker sangat bergantung pada validasi eksternal dan sering terlalu memperhatikan reaksi orang lain. Mereka takut mengecewakan karena pengalaman masa kecil, misalnya mendapat hukuman saat tidak memenuhi ekspektasi orang tua. Banyak dari mereka juga sering membeli hadiah untuk mendapatkan cinta atau diterima orang lain.
- Chameleon (Si Bunglon)
Chameleon menyesuaikan kepribadian, opini, dan minatnya dengan siapa pun yang sedang bersamanya. Mereka bisa tertawa pada lelucon yang nggak lucu atau ikut liburan yang sebenarnya nggak ingin diikuti. Masalahnya, mereka jadi jarang menunjukkan diri yang asli, karena selalu menempatkan pendapat orang lain di atas dirinya sendiri.
Cara Berhenti Jadi People Pleaser
Kebiasaan untuk selalu menyenangkan orang lain ini bisa berdampak buruk, Ladies. Kamu bisa merasa burn out alias kelelahan secara mental. Untuk mengubah kebiasaan ini pun juga tidak mudah, namun bukan berarti mustahil. Menurut Dr. Lalitaa ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar keluar dari kebiasaan people pleaser:
- Mulai dari menulis jurnal atau diary untuk mengidentifikasi tipe people pleaser yang kamu alami.
- Coba renungkan kenapa kamu melakukan hal ini, misalnya mencari cinta atau validasi dari masa kecil.
- Mulai berkata “tidak” dan bersedia menghadapi ketidaknyamanan. Orang lain mungkin kecewa, tapi itu bukan tanggung jawabmu.
- Melalui meditasi atau refleksi, ingatkan diri bahwa kamu cukup dan berharga, tanpa harus selalu menyenangkan orang lain. Adm
Sumber : Kumparan.com