LAJUR.CO, KENDARI – Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Andi Sumangerukka (ASR) mendorong pengembangan pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan di Pulau Sulawesi melalui tujuh kesepakatan kerja sama antargubernur se-Sulawesi. Hal ini disampaikannya dalam Seminar Nasional “The Legend of Pongtiku II” di Rantepao, Toraja Utara, Senin (7/7/2025).
Sebagai Ketua Badan Kerja Sama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS), ASR menegaskan pentingnya pendekatan kolaboratif dalam pengembangan pariwisata yang melibatkan banyak pihak dan sektor, agar tercipta pengalaman wisata yang holistik, berkelanjutan, serta berdampak langsung terhadap masyarakat.
Ia menguraikan, rencana MoU antargubernur se-Sulawesi mencakup berbagai aspek penting. Pertama, penguatan aksesibilitas, seperti pengembangan rute lintas pulau berbasis Live on Board (LoB) dan cruise sebagai transportasi wisata andalan. Kedua, mendorong peningkatan investasi melalui pembangunan resort premium dan kemitraan dengan Pelni Cruise (Carter/KM/Umsini), serta pembentukan forum bisnis investasi pariwisata Sulawesi.
Ketiga, dalam hal promosi, ASR mengusulkan peluncuran branding pariwisata bersama bertajuk SAIL SULAWESI untuk meningkatkan daya tarik regional. Keempat, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) pariwisata juga menjadi fokus utama agar pelayanan wisata di setiap daerah semakin kompeten dan berstandar tinggi.
Kelima, disepakati pula pentingnya penyelenggaraan event bersama antarprovinsi, yang direncanakan dalam bentuk “Kemilau Sulawesi” sebagai ajang pertemuan budaya dan promosi pariwisata terpadu. Keenam, ASR mendorong pengembangan desa wisata berbasis potensi lokal dan pelestarian budaya, serta ketujuh, pelaksanaan event sport tourism, dengan tajuk “Sulawesi Berlari” untuk menarik wisatawan melalui aktivitas olahraga lintas provinsi.
ASR menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, kinerja pariwisata Pulau Sulawesi berada di peringkat ketiga nasional setelah Pulau Jawa dan Sumatera. Sebanyak 59% wisatawan nusantara di Sulawesi menggunakan angkutan darat pribadi, meskipun infrastruktur jalan masih belum sebaik di Pulau Jawa. Ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk memperbaiki konektivitas regional.
“Pariwisata tidak bisa berdiri sendiri. Ia harus terhubung dengan sektor lain dan membuka akses ke wilayah hinterland,” jelas ASR, seraya menekankan pentingnya integrasi lintas sektor seperti pertanian, perikanan, hingga pertambangan sebagai bagian dari penguatan ekonomi daerah.
Ia menyoroti destinasi wisata kelas dunia di Pulau Sulawesi, antara lain Toraja, Geopark Maros-Pangkep, Likupang, Wakatobi, Karst Liangkobori, Keraton Buton, Taman Nasional Lore Lindu, Kepulauan Togean, Luwuk Banggai, hingga Labengki–Sombori. Semua kawasan ini, menurutnya, terhubung secara geografis dan memiliki potensi besar jika dikembangkan secara kolaboratif.
Kegiatan ini turut menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan regional, seperti Gubernur Sulawesi Utara, Gubernur Kalimantan Utara, Ketua Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan RI, serta perwakilan Gubernur Sulawesi Selatan dan Rektor UKI Toraja.
Diselenggarakan oleh Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) dan Universitas Kristen Indonesia Toraja, seminar ini diharapkan mampu menghasilkan sejumlah rekomendasi penting, termasuk pemetaan peran strategis Sulawesi dalam mendukung integrasi nasional, langkah konkret penguatan jejaring antarwilayah, serta tumbuhnya kesadaran kolektif akan pentingnya konektivitas antara Sulawesi dan kawasan Indonesia Timur. Adm