LAJUR.CO, KENDARI — Sekretaris Daerah (Sekda) Sulawesi Tenggara (Sultra) Asrun Lio menyarankan peningkatan penyaluran kredit produktif sebagai langkah strategis untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua). Hal itu disampaikan saat menghadiri Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Sulampua Triwulan III Tahun 2025 yang digelar di Ballroom Santika Hotel, Ambon, Maluku, Kamis (21/8/2025).
Asrun Lio menyatakan tindak lanjut Rakorwil Sulampua TW III 2025 memacu penyaluran kredit produktif yang masif di kawasan Sulampua secara signifikan menggerakan pertumbuhan ekonomi nasional. Ia turut menyoroti pentingnya inovasi dalam skema pembiayaan agar kredit lebih optimal tersalurkan ke sektor-sektor produktif.
Dalam forum pertemuan dihadiri Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) se-Sulamoua termasuk BI Sultra, Asrun Lio merinci beberapa tantangan dan lima rekomendasi pengendalian inflasi di Provinsi Sultra.
Pertama adalah penyaluran beras SPHP secara masif melalui berbagai kanal distribusi seperti GPM intensif, ritel modern, kios pangan, dan mitra distribusi, dengan mekanisme verifikasi yang cepat oleh Bulog dan pihak terkait.
Kedua, pelaksanaan GPM yang fokus pada komoditas penyumbang inflasi seperti beras, cabai rawit, bawang merah, dan tomat. GPM dilakukan bekerja sama dengan petani Champion di Enrekang dan Malino melalui fasilitasi distribusi pangan (FDP).
Ketiga, perluasan Gerakan Tanam Barito (bawang merah, rica/cabai, tomat) di pekarangan dan lahan menganggur seperti sekolah, lapas, dan desa, dengan melibatkan peran aktif PKK.
Keempat, optimalisasi cold storage melalui penguatan peran BUMD sebagai penyedia fasilitas. Penyediaan dilakukan dalam skala cukup, menyesuaikan kapasitas listrik dan biaya operasional.
Kelima, pemanfaatan mesin D’Ozone (teknologi plasma ozone) untuk memperpanjang masa simpan komoditas hortikultura. Teknologi ini telah diimplementasikan oleh kelompok tani cabai di Magelang (2017) dan kelompok tani bawang di Sultra (2021).
Sebagai informasi, Rakorwil Sulampua turut dihadiri Wakil Gubernur Maluku yang sekaligus membuka acara, para gubernur atau perwakilannya se-Sulampua, kepala perwakilan Bank Indonesia dari wilayah terkait, serta berbagai pihak lainnya.
Mewakili Gubernur Sultra, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka, Sekda Asrun Lio mengatakan bahwa Rakorwil ini memiliki arti penting dalam memperkuat fungsi advisory, baik kepada pemerintah pusat maupun daerah.
Ia menyampaikan apresiasi kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan yang telah menginisiasi diseminasi kebijakan wilayah guna memperkuat pembiayaan inklusif dan berkualitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan Sulampua.
Asrun Lio menjelaskan, berdasarkan paparan dari Koordinator Wilayah Sulampua, yang juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan, wilayah Sulampua secara konsisten menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan rilis kuartal II 2025, dua provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi berasal dari kawasan Sulampua.
“Rilis Q2/25 atau laporan resmi mengenai data ekonomi periode April–Juni 2025 menunjukkan bahwa lima provinsi di Sulampua, termasuk Sultra, mencatat pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional yang sebesar 5,12% (yoy). Khusus Sultra, pertumbuhannya mencapai 5,89%,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, ekonomi Sulampua pada kuartal II 2025 tumbuh 5,12% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (5,03%), dan setara dengan pertumbuhan nasional. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ditopang oleh sektor pertambangan, perdagangan, konstruksi, dan informasi-komunikasi. Sementara dari sisi pengeluaran, didukung oleh peningkatan PMTB, ekspor neto, dan konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT).
Berdasarkan data BPS per 1 Agustus 2025, seluruh provinsi di Indonesia mengalami inflasi, termasuk Sultra. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di wilayah Sulampua perlu dibarengi dengan pengendalian inflasi yang rendah dan stabil. Pada Juli 2025, lima provinsi dengan inflasi tahunan tertinggi berada di kawasan ini, dengan Papua Selatan mencatatkan inflasi tertinggi dan Papua Barat terendah secara nasional.
“Komoditas penyumbang inflasi secara year-to-date di wilayah Sulampua antara lain emas perhiasan, cabai rawit, beras, tomat, dan ikan layang. Meski begitu, berdasarkan proyeksi BPS dan BI, inflasi Sulampua diperkirakan tetap dalam rentang sasaran 2,5±1% pada 2025,” ujarnya. Adm