LAJUR.CO, KENDARI – Kesempatan mendapatkan beasiswa bukanlah hal yang mustahil bagi mahasiswa. Hal tersebut ditegaskan oleh Novi Alfiana, penerima Beasiswa Fulbright Foreign Language Teaching Assistant (FLTA) yang pernah menjalani program pengajaran Bahasa Indonesia sekaligus studi budaya di Harvard University, Amerika Serikat.
Novi hadir sebagai salah satu narasumber pada Seminar Nasional on Scholarship and Information Technology dalam rangkaian Pekan Ilmiah LSIP 2025 yang digelar di Aula Bahteramas, Minggu (9/11/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Novi berbagi pengalaman sekaligus memberikan dorongan kepada mahasiswa agar berani membuka diri terhadap peluang beasiswa dalam maupun luar negeri.

“Beasiswa itu banyak. Bukan hanya LPDP dan unggulan saja. Semakin banyak mahasiswa tahu, banyak juga mereka mengekspor dirinya sendiri pada informasi beasiswa, semakin banyak pintu peluang yang bisa mereka raih,” ucap Novi Alfiana.
Novi juga menilai kegiatan yang dilaksanakan oleh LSIP FKIP UHO ini sangat bermanfaat karena menghadirkan pemateri dengan latar belakang berbeda, sehingga peserta memperoleh pengetahuan lintas bidang.
“Yang menarik dari kegiatan ini adalah pematerinya beragam. Peserta bukan hanya dapat ilmu beasiswa dari saya, tapi juga wawasan lain. Bahkan saya sendiri ikut belajar dari pemateri lainnya. Jadi manfaatnya itu saling menguatkan,” tutur Novi Alfiana.
Ia menegaskan mahasiswa tidak harus selalu menunggu sosialisasi formal, karena saat ini media sosial menyediakan banyak rujukan, termasuk para penerima beasiswa yang berbagi pengalaman dan tips.
“Sebenarnya informasi beasiswa ini selain lewat pertemuan langsung seperti ini, bisa melalui media sosial. Di situ banyak influencer atau selebgram pendidikan yang sudah punya track record sebagai awarde. Itu bisa diikuti,” kata Novi Alfiana.
Terkait proses wawancara, Novi mengakui tahap tersebut bisa menjadi tantangan. Namun, menurutnya tantangan terbesar justru datang dari diri sendiri, seperti rasa takut gagal dan kurang percaya diri.
Alumni FKIP UHO jurusan Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2015, ini menekankan dua hal penting dalam proses seleksi beasiswa, yakni autentisitas (menjadi diri sendiri) dan grit, yaitu ketangguhan dalam melalui proses panjang.
“Universitas- universitas di Amerika itu, melihat nilai autentik yang kita punya. Yang kedua adalah grit, yaitu sikap tahan banting dan pantang menyerah untuk tujuan jangka panjang. Apa yang kita tanam hari ini akan berpengaruh pada masa depan,” ungkap Novi Alfiana.
Novi berharap semakin banyak mahasiswa di Bumi Anoa yang berani mengejar peluang studi global.
“Saya berharap bukan hanya saya yang bisa sampai ke Harvard. Di sini banyak potensi yang tinggal dipoles. Mahasiswa harus membuka diri, supaya kita bisa menciptakan SDM unggul dari Sultra,” ujar Novi Alfiana.
Laporan : Ika Astuti




