LAJUR.CO, KENDARI – Antusiasme para pelaku kerajinan di Sulawesi Tenggara (Sultra) terus menunjukkan perkembangan positif, seiring hadirnya Komunitas Crafter Sultra (KCS) sebagai wadah yang mempertemukan para pengrajin dari berbagai bidang.
Berdiri sejak akhir 2018, komunitas ini menjadi ruang berbagi, belajar, sekaligus tempat tumbuhnya kreativitas yang berhasil memberi peluang ekonomi bagi para anggotanya.
Humas Crafter Sultra, Fitri mengatakan komunitas ini kini menaungi sekitar 20 anggota aktif. Masing-masing anggota memiliki jenis kerajinan berbeda, mulai dari rajut, sulam, makrame, ecoprint, hingga produk daur ulang berbahan sampah plastik yang diolah menjadi karya bernilai jual.
“Intinya, semua yang bergerak di bidang kerajinan dan ekonomi kreatif bisa berkarya di sini. Jadi sesuatu yang belum terlalu bernilai, kita olah menjadi lebih bernilai dan memiliki harga jual,” ucap Fitri, Minggu (30/11/2025).
Dalam perjalanannya, KCS telah menjadi salah satu komunitas kreatif yang cukup diperhitungkan di Kota Kendari. Mereka sering terlibat dalam berbagai event pemerintahan dan pameran, seperti kegiatan Dinas Pariwisata Kota dan Provinsi, hingga Dinas Koperasi yang kerap menyediakan stand khusus untuk memamerkan produk-produk anggota komunitas.
“Alhamdulillah, selama ini pemerintah sangat mendukung kami,” tutur Fitri.
Produk yang dihasilkan anggota komunitas juga semakin diminati oleh masyarakat. Mulai dari kerajinan bernilai Rp10 ribu hingga produk premium seperti kain ecoprint yang dibanderol hingga Rp1,5 juta. Bahkan dalam sebuah event yang pernah mereka ikuti, Crafter Sultra pernah mencatat omset keseluruhan mencapai Rp10 juta.
Selain aktif berpartisipasi di pameran, komunitas ini juga rutin mengadakan Kopdar bulanan sebagai ajang berbagi perkembangan, ide, dan inovasi antar anggota. Sementara itu, bagi masyarakat umum yang ingin belajar, Crafter Sultra menyediakan workshop rutin dengan tema bergantian mulai dari makrame, lilin aroma terapi, hingga teknik daur ulang.
Namun, untuk menjadi anggota tetap, terdapat syarat khusus yang harus dipenuhi.
“Minimal sudah punya usaha kerajinan dan brand selama satu tahun. Kalau masih belajar, bisa ikut workshop dulu,” ungkap Fitri.
Fitri juga mengungkapkan antusiasme masyarakat terhadap kerajinan lokal di Kota Lulo sangat tinggi. Setiap workshop yang digelar selalu dipenuhi peserta yang ingin mencoba dan mempelajari berbagai teknik craft.
“Mereka senang karena akhirnya tahu bahwa di Kendari ada komunitas pengrajin seperti KCS,” kata Fitri.
Di usia yang memasuki tahun ke-7, Crafter Sultra tetap berkomitmen untuk menjadi komunitas yang mampu memberikan dampak positif bagi pengrajin lokal. Fitri menyampaikan pesan sederhana kepada para pelaku kerajinan agar tidak berhenti berkarya.
“Dalam kata pengrajin ada kata rajin. Jadi kalau mau berkembang, ya harus rajin produksi, rajin promosi, rajin belajar,” ujar Fitri.
KCS juga menjalankan kegiatan sosial dan studi crafter dengan mengunjungi pengrajin tenun, perak, dan lainnya. Informasi terbaru mengenai kegiatan dan workshop mereka dapat diikuti melalui Instagram @craftersultra dan TikTok @craftersultra.
Laporan : Ika Astuti



