LAJUR.CO, KENDARI – Para petani di Kecamatan Baula, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra) sangat menyambut baik inovasi yang dilakukan perusahaan tambang nikel, PT Vale Indonesia dalam mengembangkan pengolahan padi organik nan sehat.
Keluhan para petani yang berasal dari Desa Puubunga dan Puuroda, Kecamatan Baula mengenai tingkat kualitas dan kesehatan beras diterima sebagai ide inovatif oleh PT Vale bersama Konsultan ALIKSA. ALIKSA memberi pendampingan kepada petani terkait convert pengolahan beras dengan System of Rice Intensification (SRI), Senin (28/11/2022).
Proses pengolahan padi berbasis SRI Organik ini dinilai lebih sehat dan ramah lingkungan. Sehingga para petani diarahkan agar beralih ke pengolahan padi menjadi beras menggunakan sistem intensifikasi dimaksud.
Salah satu petani daerah tersebut bernam Watno mengatakan sistem pengolahan beras berbasis SRI bermula dari keluhan para petani yang menginginkan pengolahan harus ramah lingkungan. Sistem yang ditawarkan PT Vale bagi Watno selain ramah lingkungan, juga dapat membantu meringankan beban mereka terhadap harga pupuk yang mahal dan sulit didapatkan.
“Pupuk sulit didapat dan harga pestisida yang mahal, kemudian PT Vale menawarkan sistem yang tidak menggunakan biaya mahal dan bahkan pupuk bisa kami olah sendiri,” ujar Watno.
Adapun keunggulan lain sistem pengolahan beras organik ini adalah dapat menyimpan air serta sangat cocok bagi tanah yang kelembabannya tinggi. Dibandingkan dengan proses produksi beras organik sebelum SRI dari PT Vale hadir, lanjut Watno biasanya petani membutuhkan 300-350 kilo per hektar.
Sementara budidaya SRI Organik diprediksi dapat memproduksi 7 ton beras per hektarnya.
Dilihat dari jangka waktu untuk sekali panen, beras SRI Organik hanya membutuhkan waktu 3 bulan dalam 1 kali panen. Tahun ini merupakan musim kedua yang proses panennya tinggal menghitung hari kurang lebih 3 pekan ke depan.
Tanaman padi untuk produksi beras organik dari SRI cukup memudahkan bagi para petani. Mereka cukup memanfaatkan bahan alam di sekitar mereka yang digunakan sebagai pupuk tanpa khawatir akan adanya bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan.
“Bahannya semua ada di lingkungan kita, biasanya kami menggunakan kotoran ternak seperti kambing, batang pisang, sekam, daun-daun hijau seperti gamal dan jerami yang diolah selama 1 bulan. Jadi sangat amanlah untuk kami mengonsumsinya,” tutup Watno.
LAPORAN : FITRIANI
EDITOR : JENI