LAJUR.CO, KENDARI – Soda diet adalah soda yang meniru rasa soda tradisional tetapi memberikan lebih sedikit gula atau malah tanpa gula sama sekali.
Soda diet menggunakan pemanis buatan, seperti sakarin atau aspartam, untuk mencapai rasa manis yang sama.
Produsen soda sering mengklaim bahwa soda diet lebih menyehatkan daripada soda biasa dan merupakan pilihan ideal bagi orang yang mencoba menurunkan berat badan.
Akibatnya, banyak orang melihat soda diet sebagai pilihan yang lebih baik.
Namun, apakah hal itu benar adanya?
Sejumlah 60% keuntungan dari artikel Health Kompas.com disalurkan untuk warga terdampak Covid-19.
Melansir dari Medical News Today, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa konsumsi soda diet berkorelasi dengan peningkatan risiko berbagai kondisi medis berikut:
• gangguan jantung, seperti serangan jantung dan tekanan darah tinggi
• masalah metabolisme, termasuk diabetes dan obesitas
• gangguan otak, seperti demensia dan stroke
• masalah hati, yang meliputi penyakit hati berlemak nonalkohol
Banyak penelitian telah dilakukan secara ekstensif dan berlangsung selama bertahun-tahun.
Namun, beberapa penelitian telah sepenuhnya mengendalikan faktor risiko lain yang dapat menyebabkan masalah kesehatan kronis, seperti kelebihan berat badan atau gaya hidup yang tidak banyak bergerak.
Oleh karena itu, mereka mungkin tidak memperhitungkan fakta bahwa orang yang minum soda mungkin memiliki lebih banyak masalah kesehatan terlepas dari pilihan minuman mereka.
Misalnya, seseorang mungkin minum soda diet karena memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi dan sedang berusaha menurunkan berat badan.
Penelitian lain menunjukkan, orang yang secara teratur minum soda mungkin lebih cenderung makan jenis makanan tertentu yang dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Para peneliti tidak tahu persis mengapa soda diet dapat meningkatkan risiko penyakit.
Beberapa orang percaya bahwa soda diet dapat merusak pembuluh darah atau menyebabkan peradangan kronis.
Soda diet juga dapat merusak kesehatan dengan mengubah kebiasaan lain.
Sebuah studi tahun 2012 menunjukkan bahwa soda diet dapat mengubah cara otak merespons rasa manis dengan memengaruhi dopamin, neurotransmitter yang berperan dalam kesenangan, motivasi, dan penghargaan.
Sering minum soda diet dapat menyebabkan seseorang menginginkan lebih banyak makanan manis, termasuk makanan ringan manis dan lebih banyak soda.
Selain itu, dalam studi tahun 2017, data menunjukkan hubungan antara soda diet dan risiko stroke dan penyakit Alzheimer.
Penelitian tersebut melibatkan 2.888 orang berusia di atas 45 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minum satu soda diet per hari meningkatkan hampir tiga kali lipat risiko seseorang terkena stroke dan penyakit Alzheimer.
Kemudian, sebuah studi tahun 2014 terhadap 2.037 pekerja pabrik pria Jepang menemukan bahwa pria yang minum soda diet lebih mungkin terkena diabetes daripada mereka yang tidak. Adm
Sumber: Kompas.com