BERITA TERKINIDAERAHHEADLINE

Buah Manis Ikhtiar Merawat Hutan Mangrove di Pesisir Buton

×

Buah Manis Ikhtiar Merawat Hutan Mangrove di Pesisir Buton

Sebarkan artikel ini
Kawasan hutan mangrove di Desa Karya Jaya, Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton.

LAJUR.CO, KENDARI – Mangrove Desa Karya Jaya Kecamatan Siotapina adalah satu dari sekian aset hutan mangrove dimiliki Kabupaten Buton. Kawasan ekosistem mangrove di pesisir itu membentang sejauh 2 kilometer dengan ketebalan 1 kilometer dari bibir pantai.

Sebelum adanya program PAAP (Pengelolaan Akses Area Perikanan) di Desa Karya Jaya, kondisi mangrove yang oleh warga setempat dinamai ‘mangge-mangge’ begitu memprihatinkan. Diperkirakan sekitar 10% dari total luas hutan mangrove di sana susut akibat marak penebangan yang dilakukan masyarakat setempat dan bahkan warga dari luar desa.

“Sekitar 10% kerusakannya. Pohonnya banyak yang ditebang,” keluh Jamiudin menceritakan kondisi miris formasi hutan mangrove atau bakau sebelum program PAAP kerjasama Rare Indonesia dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Buton bergulir di sana.

Pak Jamiudin adalah Ketua Divisi Pengawasan Kelompok PAAP Lasinta Lape-lape sekaligus nelayan kepiting bakau Desa Karya Jaya.

Kata dia, tiga tahun program PAAP di Desa Karya Jaya berjalan, kondisi hutan mangrove kini mulai berangsur membaik. Masyarakat mulai sadar, tidak lagi menebang mangrove.

Kondisinya yang begitu terawat dan kian lebat menjadikan hutan mangrove Desa Karya Jaya sebagai surga bagi populasi spesies kepiting bakau. Stoknya pun kini melimpah.

Hal ini membawa rasa syukur bagi masyarakat pesisir Buton di Desa Karya Jaya. Sebab penduduk di sana bisa memperoleh nafkah tambahan dari aktivitas berburu kepiting bakau.

Kondisi hutan bakau yang terjaga lestari diakui Jamiudin membawa untung bagi dirinya selaku nelayan kepiting bakau.

Setiap hari, ia menggunakan perahu menyusuri tebalnya hutan mangrove untuk berburu hewan bercapit dengan nama latin Scylla spp.

Baca Juga :  Viral, Unggahan Balita Tersiram Air Panas, Ini Langkah Pertolonganya!

Jarak dari rumah ke penangkapan kepiting tidak terlalu jauh. Hanya sekitar sepuluh menit sampai ke lokasi hutan bakau, tempat berburu kepiting.

Alat yang digunakan terbilang konvensional dan ramah lingkungan. Pak Jamiudin cukup mengandalkan umpan ikan karang yang sudah mati lalu diikat pada kayu dan dibiarkan tergantung dalam bubu.

Kayu tersebut selain berfungsi sebagai tempat mengikat dan bergantungnya ikan karang yang sudah mati sekaligus sebagai penyangga bubu pada saat air laut surut. Stok kepiting yang melimpah di tengah hutan bakau membuat perangkap bubu milik nelayan cepat dihinggapi kepiting bakau.

Biasanya, Pak Jamiudin pergi mencari kepiting pada saat air laut pasang. Momen itulah rerata kepiting akan naik ke dasar laut. Ia kemudian menyimpan bubu di akar bakau sambil menyusuri hutan mangge-mangge Desa Karya Jaya.

“Biasanya saat pasang karena saat itu kepiting naik,” ucap pak Jamiudin.

Suka cita sama diceritakan Pak Nur. Ia adalah anggota pengurus kelompok PAAP Lasinta Lape-lape yang sama berprofesi sebagai nelayan pencari kepiting bakau.

Dalam sehari Pak Nur bisa sampai dua kali turun menangkap kepiting, menyisiri rimbun hutan bakau.

“Ada rasa was-was karena takut di jatuhi sama patahan bakau,” tutur pak Nur mendeskripsikan lebatnya hutan bakau di desa itu.

Produksi Melimpah

Nelayan Desa Karya Jaya tengah memasang bubu alat penangkap kepiting bakau.

Program konservasi hutan mangrove selama beberapa tahun terakhir oleh DKP Buton bersama Tim PAAP Rare Indonesia di Desa Karya Jaya Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton membuahkan hasil.

Testimoni dua nelayan di atas adalah potret nyata bagaimana hutan mangrove berkontribusi merawat populasi kepiting. Merusak mangrove sama hal merusak mata pencaharian nelayan kepiting bakau.

Baca Juga :  Sulkarnain Canangkan Gerakan Bersepeda di Hari Lingkungan Hidup se-Dunia

Senyum sumringah nelayan tersebut menandai suksesnya program PAAP, mendorong perubahan perilaku masyarakat di Desa Karya Jaya.

Masyarakat mulai patuh. Enggan menebang pohon bakau sesuka hati. Baik untuk digunakan sebagai kayu bakar maupun kebutuhan lain.

Perburuan spesies bercangkang itu juga diarahkan lebih ramah lingkungan agar populasi kepiting tetap terawat baik dan tidak merusak ekosistem bakau.

“Sebelumnya masuk program PAAP ini masyarakat di sini selalu memotong bakau untuk kebutuhan mereka,” kata Pak Jamiudin.

Dengan adanya program PAAP, ujar dia, masyarakat nelayan di Desa Karya Jaya sadar dan tergerak menjaga pelestarian hutan bakau sebagai piring bersama.

“Setelah adanya program PAAP ini penangkapan kepiting jauh lebih banyak jika dibandingkan sebelumnya. Sekali turun mencari kepiting bisa mencapai tiga sampai empat kilogram,” ungkap Pak Jamiudin.

Kepiting yang ditangkap merupakan jenis kepiting Scylla Serrata. Nilai jualnya terbilang tinggi.

Perkilogram kepiting bakau dihargai mulai Rp 45 ribu hingga Rp 175 ribu rupiah.

“Ada tiga kelas dalam penjualan kepiting, setiap kilo itu berbeda-beda. Ada yang empat puluh ribu perkilo, ada juga yang seratus tujuh puluh lima ribu,” ucap pak Nur.

Kepiting dan Mangrove

Kepiting Bakau. Foto : Ist.

Kelestarian ekosistem mangrove akan berdampak pada meningkatnya produktivitas biota air yang sebagian besar dimanfaatkan oleh manusia seperti nelayan Desa Karya Jaya Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton.

Hutan mangrove merupakan tempat pemijahan ikan, udang, dan biota air lainnya seperti kepiting.

Baca Juga :  Sukacita Nelayan di Buton Rayakan Penetapan Kawasan PAAP Siotapina - Lasalimu Selatan

Spesies ini hidup dalam lubang atau berendam dalam lumpur dan penghuni hutan mangrove.

Dikutip dari kompas.com, pada fase krablet (larva kepiting) berkembang hingga dewasa, disinilah habitat mangrove berperan merawat tumbuh kembang kepiting muda.

Setelah bermetamorfosis menjadi juvenile kepiting akan bermigrasi ke wilayah mangrove dan atau wilayah pasang-surut sampai dewasa.

Kepiting bakau dewasa hidup dan menempati habitat mangrove dan daerah pasang surut, sedangkan setelah memijah kepiting betina bermigrasi ke lepas pantai untuk menetaskan telur-telurnya.

Upaya Pelestarian

Nelayan kepiting bakau Desa Karya Jaya Lasalimu Selatan Kabupaten Buton, Pak Jamiudin dan istri (kiri).

Bentang hutan mangrove di Desa Karya Jaya cukup luas serta berhimpitan dengan pemukiman penduduk. Kondisi ini praktis butuh pengawasan ekstra agar batang mangrove tidak berakhir jadi kayu bakar tungku dapur warga pesisir.

Kata Pak Jamiudin, ia kerap menghardik warga yang seenaknya datang menebang mangrove di desanya.

“Setiap ada yang ingin menebang mangrove saya selalu bilang jangan menebangnya, harusnya kita jaga bersama ini mangrove,” cetus Pak Jamiudin.

Nelayan kepiting bakau ini sadar, jika hutan mangrove terjaga, populasi kepiting bakau termasuk ikan akan melimpah. Kalau sudah begitu, asap dapur mereka akan tetap mengepul.

Keberadaan hutan bakau diyakini juga melindungi warga pesisir Desa Karya Jaya dari ancaman bencana seperti abrasi.

“Jangan menebang pohon mangrove, mangrove dijaga untuk melindungi pemukiman warga dari ancaman abrasi pantai dan menjaga habitat kepiting dan ikan,” tutur Pak Wadu pendamping dari DKP Kabupaten Buton yang bersyukur program PAAP di daerahnya berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat menjaga ekosistem mangrove. CR1

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x