LAJUR.CO, KENDARI – Aksi penghadangan kapal terjadi di Perairan Pulau Cempedak pada Minggu (14/4/2024). Puluhan nelayan di perairan Pulau Cempedak ramai-ramai mencegat kapal Superjet yang tengah berlayar mengangkut ratusan pemudik melintasi rute Raha-Kendari.
Para nelayan ini nekat menumpangi sampan mencegat kapal cepat sebagai bentuk protes keras lantaran lalulintas kapal komersil milik PT Pelayaran Dharma Indah itu telah merusak kawasan pesisir serta menggangu aktivitas mata pencaharian mereka.
Para nelayan diketahui sudah beberapa kali mengajukan protes namun tak mendapat respon dari pihak operator kapal. Tuntutan mereka soal kerusakan lingkungan yang berdampak pada aktivitas di sekitar pemukiman mereka pun tak kunjung mendapat perhatian dari pihak terkait.
Sebagai salah satu penumpang dalam kapal yang dicegat nelayan tersebut, Rektor Unsultra Andi Bahrun meminta pemerintah agar dapat bergerak merespon keluhan para nelayan di Pulau Cempedak itu. Menurutnya, jika pemerintah setempat enggan atau lamban menggubris tuntutan dimaksud maka aksi serupa bisa saja berulang.
Saat aksi penghadangan kapal terjadi pada pukul 11.10 WITA, Andi Bahrun bersama keluarganya tengah menumpang kapal Superjet tujuan Raha Kendari. Para penumpang lainnya tetiba panik saat kapal mulai melambat, sementara pihak kapal tampak menemui para nelayan untuk melakukan negosiasi.
“Sambil menunggu pertemuan para pihak terkait, mungkin untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan bersama, pihak keamanan perlu melakukan pengamanan pada jalur transportasi laut wilayah Cempedak, karena terdapat potensi hal negatif yang mungkin terjadi,” usul Andi Bahrun saat menceritakan pengalamannya menumpangi kapal cepat dimaksud.
Setidaknya ada empat hal yang perlu segera diantisipasi dan ditindaklanjuti oleh pihak terkait diantaranya adalah hilangnya keseimbangan kapal ketika aksi penghadangan kapal bertepatan dengan hantaman ombak, menjadi pemicu kepanikan para penumpang.
Pihak operator kapal juga perlu memastikan bahwa tidak ada penumpang yang tersulut emosi dan ikut serta melarang para nelayan melanjutkan aksinya saat kejadian serupa berulang.
Andi Bahrun menyebut upaya pencegahan dan pengamanan serta penyelesaian permasalahan tersebut memang perlu ditangani secara lebih cepat agar kondusifitas kembali lebih baik.
“Jangan sampai ada penghadangan balasan jika warga desa tersebut berkunjung ke Kendari, dan jangan sampai ada penghadangan serupa terjadi pada jalur angkutan lainnya,” Andi Bahrun mewanti-wanti agar penanganan masalah tersebut segera dilakukan.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Meteorologi Pertanian (Perhimpi) Sultra ini juga menyinggung soal kerusakan lingkungan yang menjadi keluhan warga Pulau Cempedak, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan. Kajian soal kerusakan lingkungan ini perlu dilakukan secara komprehensif, sebab selain akibat dari lalulintas kapal, juga disebabkan oleh aktivitas penambangan.
“Terkait kerusakan lingkungan mungkin juga betul ada kontribusi akibat lalulintas angkutan laut termasuk kapan cepat jika frekuensinya meningkat. Jika duduk bersama dan ada hasil kajian/studi bisa ditemukan faktor penyebab atau dampak dan solusi terbaik bagi para pihak antara masyarakat/,nelayan, swasta, pemerintah” tutupnya.
Aktivitas hilir mudik kapal cepat rute Raha – Kendari – Baubau ini menimbulkan arus kencang dan abrasi pantai yang berdampak serius terhadap kawasan pemukiman warga di Desa Cempedak, Kecamatan Laonti, Konsel.
