BERITA TERKINIHEADLINE

Dari Dapur Desa Motewe, Muna, Sosok Penulis & Traveler ‘Sultan Musa’ Gaungkan Pangan Lokal Sultra

×

Dari Dapur Desa Motewe, Muna, Sosok Penulis & Traveler ‘Sultan Musa’ Gaungkan Pangan Lokal Sultra

Sebarkan artikel ini

LAJUR.CO, KENDARI – Dari dapur sederhana Desa Motewe, Kabupaten Muna, lahir cerita pangan lokal Sulawesi Tenggara (Sultra) yang kini menggema di panggung internasional lewat ajang #IsiPiringkuBeda Enable Project. Sultan Musa, penulis dan traveler, mengangkat pepaya muda rebus, daun ubi, hingga sambal colo-colo menjadi simbol budaya Bumi Anoa yang autentik.

Kisah tersebut berangkat dari perjalanan dan interaksi langsungnya dengan warga Desa Motewe, Kabupaten Muna.

Kuliner desa yang diangkatnya tidak hanya menampilkan sajian makanan, tetapi juga merepresentasikan nilai budaya, kebersamaan, serta kearifan lokal masyarakat Bumi Anoa.

Sultan Musa merupakan penulis dan traveler yang tulisannya tersiar di berbagai platform media online serta media cetak nasional maupun internasional. Banyak karyanya masuk dalam antologi bersama penyair nasional bahkan internasional.

Puisi buatannya terpilih pada event “Challenge Heart and Art for Change” Collegno Fòl Fest Turin – Italia (2024), Majalah TUNAS CIPTA – Dewan Bahasa & Pustaka Malaysia edisi April 2024, serta lolos kurasi dan dipamerkan pada “Kalang Exhibition” Triaksara Pengairan – Malang (2025).

Baca Juga :  Waspada Meningokokus, Penyakit Mematikan Bisa Membunuh dalam 24 Jam

Karya puisinya juga dipublikasikan di Majalah Seni asal Korea Selatan “The Hechyeomoyeo – Art Magazine” edisi Oktober 2025 yang berkantor di New York, Inggris.

Sebagai penulis dan penjelajah, Sultan Musa terkesima dengan budaya, tradisi, serta kuliner lokal Sultra, khususnya di Desa Motewe. Melalui interaksi autentik dengan warga, ia diperkenalkan pada pangan lokal seperti pepaya muda rebus, daun ubi, sambal colo-colo, terong bulat rebus, nasi putih, dan kambuse yang memiliki cita rasa khas serta nilai gizi tinggi.

Pengalaman Sultan Musa dituangkan dalam tulisannya sebagai dokumentasi dan upaya memperkenalkan kekayaan alam, budaya, serta tradisi Bumi Anoa ke khalayak luas.

“Karena saya suka menulis dan merekam segala aktivitas selama perjalanan. Melalui cara inilah yang mampu saya lakukan untuk memperkenalkan pada semua orang tentang beragam keindahan alam, budaya dan tradisi di Desa Motewe,” ucap Sultan Musa saat diwawancarai awak LAJUR.CO, Minggu (28/12/2025).

Baca Juga :  Lomba Ide Bisnis hingga UMKM Ramaikan Humanis Fest 2025 di Taman Budaya

Menurutnya, makanan lokal Desa Motewe memiliki makna mendalam, mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, serta ajakan menghargai kesederhanaan dan kebersamaan.

“Alasannya saya memilih makanan khas ini selain sehat, juga membangkitkan kenangan akan kampung halaman, yang mana merupakan bagian dari tradisi kuliner nusantara yang kaya rasa dan sederhana. Selain merupakan akar budaya ini juga sebuah pengingat bahwa kebahagiaan dan kenikmatan sejati sering kali ditemukan dalam hal-hal yang sederhana,” tutur Sultan Musa.

Sultan Musa menilai pangan lokal asal Bumi Anoa berpotensi dikenal secara global berkat keunikan, keautentikan, bahan subur, serta metode pengolahan turun-temurun yang disesuaikan dengan lingkungan dan budaya setempat. Ini menjadi identitas yang mempererat persamaan serta merayakan perbedaan antarbudaya.

Baca Juga :  Pangdam XIV/Hasanuddin Cek Progres Proyek Strategis Nasional PT Vale di Pomalaa, Kolaka

Meski demikian, ia menyoroti tantangan seperti modernisasi, perubahan sosial, tekanan ekonomi, makanan cepat saji, minimnya dokumentasi resep, serta perubahan lingkungan yang mengancam keberlanjutan.

“Apalagi adanya perubahan lingkungan, pertanian monokultur, atau kesulitan dalam mengakses bahan-bahan lokal spesifik yang dapat mengancam resep tradisional yang mengandalkan bahan musiman atau khas daerah. Kita ketahui sendiri kondisi geografis dan iklim spesifik daerah asal tidak dapat di replikasi di tempat lain,” kata Sultan Musa.

Melalui #IsiPiringkuBeda, ia berpesan agar konsumsi pangan lokal terkait erat dengan sejarah, perayaan, dan cara hidup masyarakat setempat.

“Ini menjadikannya bagian integral dari identitas budaya tak hanya mengajarkan tentang tradisi, tetapi juga tentang kemanusiaan dan memberikan apresiasi, pemahaman dan rasa hormat terhadap berbagai sudut pandang dan cara hidup,” ungkap Sultan Musa.

Laporan: Ika Astuti

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x