SULTRABERITA.ID, KENDARI – Negara Tiongkok kini tengah dilanda wabah virus Corona. Gaduh penyebaran virus bahkan membuat perusahaan-perusahaan raksasa meliburkan sementara aktifitas pabrik.
BACA JUGA :
- Tips Mengemudi Aman Mudik Lebaran 2025
- Melihat Atraksi Pawai Ogoh-Ogoh di Koltim, Abd Azis: Budaya Lokal, Wajib Dilestarikan!
- Catat! Golongan Wajib Pajak Ini Tak Perlu Lapor SPT 2025
- Gelontorkan Duit Pribadi Rp1 Miliar, ASR Lepas Mudik Gratis Gelombang Pertama
- Jerih Payah Atlet Peraih Medali PON Terbayarkan, Gubernur ASR: Tak Ada Lagi Bonus Atlet yang Telat!
Toyota misalkan, tutup sementara hingga wabah Penumonia Wuhan itu mereda. Bisnis global mulai merasakan efek wabah tersebut.
Virus Corona benar-benar menghantam perekonomian Negara China secara signifikan.
Dikutip dari Kompas.com, sebuah kelompok riset Plenum yang berfokus pada China menyebut, pertumbuhan ekonomi Negara Tirai Bambu bakal melambat sebanyak 4 poin dari presentase pada kuartal pertama.
Memburuknya kondisi ekonomi China, oleh Kepala BPS Sultra, Moh Edy Mahmud, diprediksi juga akan memberi pengaruh terhadap aktifitas ekonomi Sultra. Terutama sektor ekspor barang tambang.
Sebagaimana diketahui, China memegang kendali besar atas ekspor produk tambang dari Bumi Anoa. Negara yang kini dilanda wabah mematikan menjadi pangsa ekspor terbesar hasil tambang perusahaan smelter di Sultra selain India, Taiwan, Korea Selatan, Vietnam serta Negara Eropa.
Olahan tambang seperti besi dan baja serta bijih, kerak dan abu logam merupakan produk ekspor utama Sultra ke luar negeri. Periode Desember 2019, peran produk tersebut mencapai 98,36 persen dari total ekspor Sultra.
Dampak lesunya ekonomi China terhadap ekspor tambang Sultra, kata Edy, baru akan terbaca pada perhitungan data ekspor Sultra periode berikut.
Khusus periode Desember 2019, ekspor Sultra terhadap China berkisar 89,97 persen. Negara India berada diposisi kedua dengan nilai 5,25 persen disusul Negara Vietnam 1,50 persen.
“Pengaruhnya tidak sekarang. Nanti kemudian. Tapi kalau pemerintah mampu tanggulangi dalam waktu pendek, bisa jadi tidak berdampak ke ekspor Sultra,” ujar Edy, Senin (3/02/2020).
Lain lagi prediksi Plt Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sultra, Burhadiman. Ia mengklaim kasus wabah Corona China tidak akan berpengaruh terhadap besaran ekspor tambang di Sultra. Termasuk nilai PAD yang diperoleh dari aktifitas ekspor komoditas nikel ke negera berpenduduk terbanyak di dunia itu.
Ini lantaran produksi tambang Sultra lebih banyak berputar pada perdagangan domestik. Lagi pula, kata dia, negara tujuan ekspor produk nikel dihasilkan perusahaan smelter di Sultra tidak hanya bertumpu pada Tiongkok. Ada Korea Selatan dan India yang juga menjadi basis tujuan ekspor.
“Tahun 2020, kuota (ekspor) ore nikel nihil. Perdagangan semua produksi hanya untuk domestik dan negara ekspor feronikel bukan hanya Cina tapi juga Korea Selatan dan India,” ujar Burhadiman, Selasa 4 Februari 2020.
Terkait gaduh wabah corona pengaruhnya terhadap sektor industri pertambangan di wilayah Sultra, lanjut Buhardiman, belum ada dampak yang signifikan dirasakan.
“Ini karena kegiatan IUP produksi awal tahun 2020 hanya mengolah ore nikel untuk pemasaran domestik. Sementara itu kegiatan ekspor feronikel oleh IUP operasi produksi khusus pengolahan dan pemurnian nikel di Sultra saat ini hanya dilakukan PT VDNI dan PT Antam,” jelasnya.
Hal senada juga diutarakan External Relation Manager UBP Nikel Sulawesi Tenggara PT Antam Tbk, Pamiluddin Abdullah. Ia menyatakan, Antam tak tergantung sepenuhnya pada perusahaan China untuk urusan niaga produk tambang.
“Tidak ngaruh, masih lancar. Feronikel kita (ekspor) ke Eropa. Kalau emas fokus domestik. Tidak ekspor, permintaan pasar domestik saja tidak bisa kita penuhi,” ucapnya. Adm