SULTRABERITA.ID, KENDARI – Badan Penelitian dan Pengembangan Sulawesi Tenggara (Sultra) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sultra, meluncurkan buku mengenai nilai-nilai pendidikan karakter antikorupsi dalam kearifan masyarakat Buton dan mekanisme adat pengangkatan sultan Buton, Senin 14 Desember 2020. Agenda Pemprov Sultra ini dihelat dengan mengikuti Protokol Kesehatan Covid-19 sebagaimana ditetapkan pemerintah.
Balitbang Sultra menyatakan ikut melibatkan akademisi Universitas Universitas Dayanu Ikhsanuddin (Unidayan) Baubau dalam proses penyusunan dua buku yang kental dengan nilai-nilai budaya masyarakat Buton.
Dalam pesan singkatnya, Kepala Balitbang Sultra, Sukanto Toding mengatakan peluncuran dua buku budaya ini merupakan mendukung salah satu program prioritas Gubernur Sultra, Ali Mazi yakni ‘Sultra Berbudaya’.
‘Kegiatan ini diawali dengan penelitian yang dilanjutkan dengan bedah dan diakhiri penulisan buku. Kegiatan ini melibatkan tokoh masyarakat dan budayawan Buton,” ujar Sukanto yang diwakili Kepala Bidang Sosial dan Kependudukan Balitbang Sultra, La Tanampe.
Gubernur Sultra, Ali Mazi, hadir membuka langsung agenda peluncuran buku tersebut.
Ia mengapresiasi langkah Balitbang yang melakukan upaya pelestarian kearifan lokal budaya Buton lewat sebuah karya buku.
Dimana didalamnya turut memuat filosofi kehidupan yang dijunjung tinggi masyarakat Buton yakni “pobhinci-bhinci kuli”. Kata dia, jabaran nilai filosifis itu kemudian dikemas dalam “sara pata nguuna” atau empat prinsip nilai.
Menurut Ali Mazi, nilai-nilai “pobhinci-bhinci kuli” mengharuskan setiap individu etnis Buton untuk selalu mengenal siapa dirinya hingga pada akhirnya dia pasti mengenal siapa Tuhannya.
Empat prinsip nilai yang dimaksud yaitu, pertama, “pomae-maeka” yang mengandung makna saling takut untuk tidak menzalimi sesama. Dalam hal ini, setiap orang wajib menjaga harga diri orang lain.
Kedua, “popia-piara” yang mengandung makna saling mengayomi antar sesama atau dengan kata lain setiap orang wajib memelihara sesama manusia. Ketiga, “pomaa-maasiaka” yang mengandung makna saling menyayangi antar sesama, dimana setiap orang harus menumbuhkan kasih sayang antar sesama.
Keempat, “poangka-angkata” yang mengandung makna saling menghormati antar sesame, yang menuntut setiap orang harus menghormati hak asasi sebagai manusia.
“Bila keempat nilai-nilai kehidupan ini terus diamalkan, maka saya yakin masyarakat pasti hidup tertib, rukun dan damai. Masyarakat akan terlindungi dari perselisihan apalagi konflik,” kata suami Agista Aryani itu saat memberi sambutan.
Ali Mazi menyatakan menaruh perhatian besar terhadap kehadiran buku-buku budaya. Hal ini sejalan dengan program prioritas pembangunan Sultra yakni “Sultra Berbudaya dan Beriman”.
Ia berpandangan bahwa budaya adalah modal pembangunan bangsa. Modal tersebut terletak pada peranannya sebagai pengendali cara berpikir, berorientasi, dan berperilaku masyarakat.
“Untuk itu, kita perlu menggali nilai-nilai budaya yang telah lama hidup dan berkembang di dalam masyarakat yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk buku yang diharapkan dapat menjadi dokumen tertulis sekaligus menjadi bahan bacaan,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra Asrun Lio mengemukakan, gagasan penulisan kedua buku ini bermula dari seminar nasional bertajuk “Ayo Bangkit Lawan Korupsi” yang dilaksanakan di Baubau, Juli 2019 silam. Narasumber utama dalam seminar itu adalah Ketua KPK Agus Rahardjo dan Gubernur Sultra Ali Mazi.
“Salah satu rekomendasi dari pertemuan tersebut adalah perlunya dilakukan revitalisasi dan reaktualisasi nilai budaya sebagai instrumen pencegahan korupsi, dimana kajiannya dilakukan oleh Balitang Sultra dan implementasinya dilaksanakan oleh Dinas Dikbud Sultra,” jelas Asrun Lio.
Kadis Dikbud Sultra mengungkapkan, kedua buku buku tersebut layak dijadiklan materi-materi yang dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran di sekolah pada semua level jenjang pendidikan. Oleh karena itu, pihaknya merekomendasikan buku itu dapat digunakan di sekolah sebagai buku referensi.
LAPORAN : SURIAWATI
#ingatpesanibu
#menjagajarak
#memakaimasker
#menghindarikerumunan
mencucitanganpakaisabun