BERITA TERKINIEKOBISHEADLINE

Inovasi Nentu Kone Asal Sultra Siap Melenggang di KMI Expo 2025 Magelang

×

Inovasi Nentu Kone Asal Sultra Siap Melenggang di KMI Expo 2025 Magelang

Sebarkan artikel ini

LAJUR.CO, KENDARI – Tim mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) berhasil lolos dalam ajang Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo XVI Tahun 2025 yang akan digelar pada tanggal 19 hingga 21 November 2025 di Universitas Tidar, Magelang, Jawa Tengah.

Mereka membawa inovasi unik bertajuk “Nentu Kone”, produk kerajinan berbasis kearifan lokal Muna yang memadukan anyaman tradisional Paku Hata (Nentu) dengan sentuhan desain modern.

Tim ini digawangi oleh mahasiswa Program Studi Antropologi Selpiah Agustina, Fakultas Teknik Sipil Asni Nurtapa, Fakultas Hukum Dhiva Febrilia Safitri dan Program Studi Ilmu Tanah Ikra. Keempatnya merupakan mahasiswa Program P2MW (Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha) UHO yang aktif mengembangkan ide bisnis kreatif berbasis potensi daerah.

Ketua tim, Selpiah Agustina, mengaku bangga bisa mewakili kampus Hijau dalam ajang kewirausahaan tingkat nasional.

“Kami merasa sangat bangga dan bersyukur bisa mewakili UHO di KMI Expo 2025. Ini kesempatan berharga untuk memperkenalkan karya berbasis budaya Muna kepada masyarakat luas dan membawa nama baik kampus di tingkat nasional,” ucap Selpiah Agustina, Minggu (26/10/2025).

Baca Juga :  8 Ide Desain Pagar Tembok Unik dari Batu Alam hingga Bambu

Produk Nentu Kone hadir dari semangat untuk menghidupkan kembali warisan budaya Muna yang mulai jarang digarap generasi muda. Anyaman Paku Hata yang biasanya digunakan sebagai bahan tradisional, kini dikreasikan menjadi produk modern seperti gantungan kunci, tempat tisu, vas bunga, dan cermin hias.

Selpiah mengungkapkan, keunggulan produk Nentu Kone terletak pada makna budaya yang terkandung dalam setiap motif anyaman, desain modern yang estetik, serta penggunaan bahan berbasis limbah lokal yang mendukung konsep keberlanjutan.

Namun, di balik hasil yang menarik tersebut, proses pengembangan produk tidaklah mudah. Mereka harus menjaga keseimbangan antara nilai tradisi dan inovasi desain agar tetap autentik tanpa menghilangkan esensi budaya aslinya.

Baca Juga :  Bawa Misi Kerja Gotong Royong, Ali Mazi Terpilih Aklamasi sebagai Ketua KKST di Munas III Jakarta

“Tantangan terbesar kami adalah menjaga keseimbangan antara nilai tradisi dan inovasi desain. Kami berdiskusi dengan pengrajin lokal dan dosen pembimbing agar produk tetap autentik tapi juga relevan dengan pasar modern,” kata Selpiah Agustina.

Dalam pengembangan produknya, tim Nentu Kone juga berkolaborasi dengan pelaku UMKM lokal yakni Ibu Nining, pembuat bros mutiara Buton di bawah brand @Makeza. Kolaborasi terebut menghadirkan produk bros Nentu yang menjadi bentuk pemberdayaan ekonomi lokal sekaligus pelestarian budaya daerah.

Untuk strategi pemasaran, tim Kampus Hijau itu menargetkan kalangan muda, wisatawan, dan pecinta kerajinan etnik modern, dengan memanfaatkan media sosial seperti Instagram, TikTok, serta Marketplace Shopee. Mereka juga berencana mengikuti berbagai pameran dan event kreatif guna memperluas jaringan mitra.

Selama proses persiapan menuju KMI Expo XVI, Universitas Halu Oleo memberikan dukungan penuh melalui unit PK2M. Dukungan tersebut mencakup pendampingan dosen kewirausahaan, fasilitas produksi, pelatihan, hingga dukungan administratif dan publikasi agar mahasiswa dapat tampil maksimal di tingkat nasional.

Baca Juga :  Menjelajahi Konkep, Daerah Termiskin di Sultra yang Menyimpan 10 Destinasi Wisata Menakjubkan

“Harapan kami, Nentu Kone bisa dikenal secara nasional sebagai produk inovatif berbasis budaya lokal yang bernilai ekonomi tinggi, sekaligus menginspirasi mahasiswa lain untuk mencintai budayanya dan menjadikannya sumber ide dalam berwirausaha,” ungkap Selpiah Agustina.

Ke depan, tim Nentu Kone berencana mengembangkan produknya menjadi brand lokal khas Muna yang berkelanjutan dengan memperluas kategori ke bidang dekorasi rumah, fashion, dan souvenir wisata.

“Kami juga berencananya untuk membangun kerja sama dengan para perajin tradisional dan pelaku UMKM agar pemberdayaan ekonomi lokal dapat terus berjalan seiring dengan pelestarian budaya,” ujar Selpiah Agustina.

Laporan : Ika Astuti

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x