LAJUR.CO, KENDARI – Sabtu (30/10/2021), jarum jam menunjukkan pukul 11.00 Wita. Jamal memacu kendaraannya menuju salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di sekitar kawasan ibu kota Kabupaten Muna Barat. Tujuannya mengisi tangki kendaraan dengan bensin jenis Pertalite.
Sejak beberapa bulan terakhir, pegawai di salah satu puskesmas terpencil Kabupaten Muna Barat itu mengaku sudah beralih dari pelanggan setia BBM Premium ke jenis Pertalite yang lebih ramah lingkungan.
“Sayang kendaraan. Kalau pakai Pertalite kan mesin lebih terawat. Dari pada pakai bensin biasa,” ujar Jamal menjelaskan alasan memilih Pertalite dibanding Premium.
Apalagi sejak SPBU di daerah otonomi baru itu mulai menyediakan layanan pengisian Pertalite, ia mengaku senang. Jamal tak lagi capek memacu kendaraan jauh ke kabupaten induk untuk mengisi bensin mobilnya dengan bahan bakar Pertalite.
“Dulu mesti turun ke Muna induk cari Pertalite. Sekarang di Muna Barat sudah ada, tidak lagi repot jauh-jauh. Harganya juga tidak jauh beda,” kata Jamal.
Setali tiga uang, Syawal, warga Kota Kendari memberi apresiasi kepada Pertamina lantaran membuat Pertalite terjangkau hingga pelosok. Baik melalui layanan Pertashop maupun SPBU.
Langkah ini, kata dia, sangat memudahkan perolehan BBM ramah lingkungan. Terutama kala musim mudik bagi mereka yang sudah terbiasa merawat kendaraan dengan konsumsi Pertalite.
“Kalau mudik, berpikir panjang bawa kendaraan karena Pertalite tidak ada di daerah Mubar atau Muna. Adanya baru di Kendari. Kasihan kendaraan kalau mesti pakai bensin biasa. Cepat turun mesin,” kata dia.
Dua testimoni ini sedikit memberi gambaran edukasi penggunaan produk BBM berkualitas yakni jenis Pertalite mendapat sambutan positif dari masyarakat. Banyak yang mulai melek jika memakai bahan bakar beroktan tinggi sama hal merawat performa mesin kendaraan lebih awet dalam jangka panjang.
Harganya yang relatif terjangkau turut menjadi magnet menarik customer baru Pertalite di daerah.
Pertalite dengan oktan 90 adalah satu dari sederet BBM terbaik yang ramah lingkungan diproduksi oleh PT Pertamina. Beberapa produk BBM kelas wahid lain dijajakan BUMN Indonesia adalah Pertamax (RON 92) dan Pertamax Turbo (RON 98) .
Khusus Pertalite, Pertamina menjadikan gasoline khusus itu sebagai brand utama mendukung Program Langit Biru.
Dulu banyak awam dengan produk ini. Belum lagi karena harganya yang relatif mahal plus distribusi yang terbatas jika dibanding Premium, membuat masyarakat ogah beralih memakai BBM yang ramah lingkungan tersebut.
Program Langit Biru (PLB) merupakan program Pertamina untuk mengendalikan pencemaran udara. Terutama yang bersumber dari kendaraan bermotor dengan tujuan meningkatkan kualitas udara bersih dengan mengurangi emisi gas buang melalui edukasi dan mengajak masyarakat merasakan pengalaman manfaat menggunakan BBM berkualitas dan ramah lingkungan.
Di samping pro lingkungan, pemakaian jenis BBM ini dikampanyekan sebagai trik hemat merawat mesin kendaraan agar awet karena spesifikasi bilangan oktan tinggi.
Sebagai stimulus merayu pengendara beralih, Program Langit Biru dari Pertamina kemudian mendiskon harga Pertalite seharga Premium. Ada juga program potongan harga Rp 300,- /liter via Aplikasi My Pertamina agar kampanye program Langit Biru kian semarak.
Program Langit Biru sendiri telah menjalar hingga ke kawasan Indonesia Timur. Salah satunya Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Di Sultra, menurut keterangan Senior Supervisor Communication Relations Pertamina Regional Sulawesi, Taufiq Kurniawan, Kota Kendari menjadi pilot project awal Program Langit Biru. PLB dilaunching pada 21 Maret 2021.
Tanggal 26 September 2021, cakupannya diperluas ke seluruh kota dan kabupaten di Sultra. Ini artinya produk BBM ramah lingkungan terutama jenis Pertalite terdistribusi merata ke semua layanan SPBU.
Seiring peluncuran Pertashop, sebaran produk Pertalite makin luas menjangkau pelosok Sultra. Kini ada total 14 Pertashop yang melayani pengisian Pertalite untuk kendaraan umum. Keluhan susahnya memperoleh BBM ramah lingkungan pun terminimalisir dengan hadirnya mini SPBU tersebut.
“Sekarang ada 30 calon lokasi Pertashop baru,” tambah Taufiq.
Berbuah Manis, Jadi Primadona
Kampanye Program Langit Biru oleh Pertamina kini membuahkan hasil. Ini terlihat dari proporsi konsumsi bahan bakar ramah lingkungan beroktan tinggi dari jenis Pertalite yang kini mendominasi konsumsi BBM di Bumi Anoa. Pertalite sukses menggeser posisi premium yang sebelumnya adalah primadona di Bumi Anoa.
Menurut keterangan Communication & Relations Pertamina Regional Sulawesi, Iqbal Hidayatulloh, tren konsumsi BBM jenis Pertalite melambung pasca Program Langit Biru dirilis.
Data periode 1 Januari 2020 hingga 31 Januari 2021 sebelum program Langit Biru Bergulir, konsumsi Bahan Bakar Khusus (BBK) gasoline mencapai 59 persen dari total suplai di Sultra. BBK gasoline ini mencakup Pertalite 56,5 persen, Pertamax 2,1 persen dan Pertamax Turbo 0,8 persen. Sementara sisanya adalah konsumsi Premium yakni 41 persen.
Data periode 14 Maret 2021 hingga 24 Oktober 2021, persisnya setelah program Langit Biru Bergulir, lanjut Iqbal, proporsi konsumsi bahan bakar ramah lingkungan melesat jauh.
BBK gasoline menembus 74,2 persen, sementara premium bersisa 25,8 persen. BBK gasoline mencakup konsumsi Pertalite yang paling menonjol yakni 70,1 persen, berikut Pertamax 3,1 persen dan Pertamax Turbo 1 persen.
Data Pertamina terbaru tahun 2021, harga Pertalite di Provinsi Sultra dibandrol Rp 7.850. Berikut jenis Pertamax Rp 9.200, Pertamax Turbo Rp 10.050, Dexlite Rp 9.700 dan Pertamina Dex Rp 10.450,
PT Pertamina (Persero) memang masih menjual Jenis Bahan Bakar Minyak Umum (JBU) seperti Pertalite di bawah harga keekonomian saat ini yang mencapai Rp 11 ribu per liter.
Langkah tersebut dilakukan demi implementasi Program Langit Biru yang menjadi target pemerintah dan Kementerian KLHK guna menjawab tuntutan serta agenda global dalam rangka mengurangi kadar emisi gas buang kendaraan bermotor yang kian meningkat.
Kebijakan Pertamina melakukan subsidi harga dibayar lunas dengan capaian signifikan konsumsi Pertalite hingga pelosok. Di tengah kontraksi ekonomi akibat bencana pandemi Corona selang setahun terakhir, tingkat kesadaran masyarakat beralih memakai produk BBM ramah lingkungan tetap melesat tajam.
LAPORAN : SITI MARLINA