BERITA TERKINIKESEHATANNASIONAL

Mengenal Aturan Parenting 25 1-Menit, Bisa Buat Anak Terbuka Tanpa Kewalahan

×

Mengenal Aturan Parenting 25 1-Menit, Bisa Buat Anak Terbuka Tanpa Kewalahan

Sebarkan artikel ini
Aturan ,Parenting ,Anak
Ilustrasi. Foto : Ist

LAJUR.CO, KENDARI – Metode komunikasi dengan anak sering menjadi tantangan bagi banyak orangtua. Berbagai teori parenting yang kompleks kadang membuat orangtua bingung dan khawatir salah langkah. Untuk menjembatani kesulitan ini, psikolog anak J. Timothy Davis memperkenalkan aturan sederhana bernama “25 1-menit rule” yang fokus pada obrolan singkat dan konsisten agar anak lebih mudah membuka diri tanpa merasa terbebani.

“Dalam bukuku Challenging Boys, saya menemukan bahwa anak laki-laki cenderung lebih sulit mengekspresikan emosi secara langsung,” ungkap Davis. Ia menekankan, percakapan pendek namun rutin membantu membangun komunikasi yang hangat dan aman, khususnya untuk anak yang biasanya merasa canggung dengan dialog panjang. Kunci utama dari aturan ini bukan durasinya, melainkan konsistensi dan kualitas interaksi.

Poin Penting dalam Aturan Parenting 25 1-Menit
Metode ini bukan berarti percakapan hanya berlangsung sebentar, tetapi idealnya 3–8 menit saja. Hal yang harus diperhatikan adalah menjaga siklus komunikasi yang berkala dan tidak membuat anak merasa kewalahan. Percakapan yang terlalu panjang atau penuh nasihat justru berpotensi membuat anak menutup diri. Dengan cara ini, orangtua memberikan ruang agar anak dapat berbagi secara natural.

Baca Juga :  Berkat OCTO Mobile CIMB Niaga, Transaksi Harian Karyawan Maxcell Kendari Kini Bebas Ribet & Hemat

Davis menyoroti tiga komponen penting dalam menjalankan aturan ini:

1. Niat
Masuklah ke dalam percakapan dengan tujuan utama memahami anak, bukan menghakimi. Dengarkan secara tulus dan ingat detail kecil yang bisa digunakan untuk obrolan selanjutnya.

2. Nada Bicara
Gunakan nada yang lembut dan suasana yang menyenangkan. Hindari momen serius yang digunakan hanya untuk menegur atau mengkritik. Misalnya, mulai dengan kalimat ringan seperti, “Aku lihat kamu agak murung, ada apa?”

3. Waktu yang Tepat
Pilih waktu ketika suasana lebih santai dan minim tekanan, seperti saat perjalanan di mobil atau sebelum tidur. Percakapan singkat di momen ini terasa lebih natural dan tidak mengintimidasi.
Davis juga mengingatkan untuk tidak memaksimalkan momen obrolan secara berlebihan. “Kalau anak mulai bercerita banyak, jangan dipaksa lanjut. Lebih baik sedikit tapi positif daripada banyak dan melelahkan,” katanya.

Baca Juga :  Pemanasan Global Makin Parah, Suhu Bumi Naik 0,27 Derajat Celsius per Dekade

Contoh Penerapan Aturan 25 1-Menit dalam Kehidupan Sehari-hari
Bayangkan Anda mendapat informasi dari guru bahwa anak belum mengumpulkan tugas matematika. Reaksi alami mungkin menegur dengan panjang lebar. Namun, dengan aturan ini, Anda bisa mencoba pendekatan berbeda.

Mulailah dengan pertanyaan ringan, “Aku dengar ada tugas belum selesai. Gimana ceritanya?” Anak mungkin menjawab singkat, “Matematika itu sulit.” Jangan buru-buru marah. Catat dan ingat responsnya.

Hari berikutnya, lanjutkan percakapan dengan menunjukkan empati, misalnya, “Aku ingat kamu bilang matematika itu sulit. Aku dulu juga sering kesulitan.” Anak dapat merespons dengan lebih terbuka, “Ya, cara hitungnya membingungkan.” Dengan pendekatan ini, Anda menemukan akar masalah tanpa membuat anak defensif.

Davis menyebut metode ini sebagai percakapan “rendah stres”. Anak merasa aman dan tidak ditekan, sehingga membuka diri secara bertahap. Komunikasi yang hangat ini berfungsi sebagai fondasi agar hubungan antara orangtua dan anak semakin erat dan terbuka.

Manfaat Jangka Panjang
Penerapan aturan 25 1-menit bukan hanya soal bagaimana cara berbicara, melainkan membangun kebiasaan komunikasi yang menyenangkan dan tidak menakutkan bagi anak. Menurut penelitian psikologi komunikasi, anak yang rutin diajak ngobrol secara positif memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dan kesejahteraan emosional yang terjaga.

Baca Juga :  Cegah Gigi Tonggos Anak Sejak Dini! Ini yang Harus Dilakukan

Selain itu, konsistensi dalam komunikasi singkat juga membantu orangtua lebih sensitif terhadap perubahan perilaku anak, sehingga mampu memberikan dukungan yang tepat waktu.

Bagi orangtua yang ingin mempraktikkan metode ini, penting untuk mengutamakan kualitas dan ketulusan dalam setiap interaksi. Mulailah dari hal kecil, seperti bertanya kabar sekolah atau perasaan anak sehari-hari, lalu lanjutkan secara berkala. Dengan begitu, anak akan lebih terbuka menceritakan hal-hal yang sebenarnya dirasakan tanpa rasa takut atau beban.

Metode ini memberikan solusi praktis di tengah kesibukan orangtua dan kegamangan menghadapi komunikasi dengan anak. Dengan aturan parenting 25 1-menit, ruang dialog yang hangat dan terbuka semakin mudah terwujud. Adm
Sumber : Beautynesia.id

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x