LAJUR.CO, KENDARI – Hampir setiap wilayah di negeri ini mempunyai tradisi untuk melestarikan budaya masing-masing. Pelaksanaannya digelar pada hari-hari tertentu seperti momen lebaran atau sejenisnya.
Di Pulau Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dikenal salah satu tradisi bernama ‘Tunuha’. Tunuha berasal dari bahasa Muna yang artinya ‘membakar ‘. Adapun yang dibakar saat pelaksanaan tradisi ini adalah umbi-umbian hasil panen masyarakat.
Melalui momen Tunuha ini, masyarakat makin mempererat interaksi sosial karena saat pelaksanaannya melibatkan banyak orang. Aksi gotong royong kembali terbangun selama pelaksanaan salah satu tradisi di kalangan Suku Muna ini.
Pelaksanaan Tunuha dimulai dari mengumpulkan singkong sebanyak mungkin, gula merah dan kelapa serta kayu bakar sesuai kebutuhan. Selain itu juga harus disiapkan sejumlah alat dan bahan pendukung lainnya. Karena untuk menghasilkan Tunuha membutuhkan waktu dan proses yang lama, maka prosesi ini tidak akan dijumpai setiap harinya.
Dalam acara ini, kelompok perempuan dan kelompok laki-laki berbagi peran dalam mempersiapkan segala hal kebutuhan Tunuha. Tahap yang membutuhkan banyak tenaga dan waktu dalam proses Tunuha ini adalah saat pembakaran. Bahan makanan yang telah disiapkan dibakar beberapa waktu hingga benar-benar matang dan menghasilkan rasa yang lezat.
Tunuha dimulai dari proses Katidaki atau lokasi pembakaran yang dilakukan seorang Modhi atau pemimpin doa dan memandu pelaksanaannya. Lokasi pembakaran ini berupa lubang besar disertai susunan kayu bakar dan batu diatasnya. Luas lubang pembakaran ini disesuaikan dengan jumlah peserta Tunuha.
Sementara itu, singkong yang telah diparut dan dicampur gula merah serta kelapa dikemas dalam menggunakan daun berbentuk Piramida atau disimpan dalam bambu. Bambu yang sudah terisi ini kemudian dimasukkan ke dalam lubang langsung ditutup menggunakan bara api. Tidak hanya sampai disitu, bara api ditutupi dedaunan dan ditimbun tanah. Proses pembakaran ini berlangsung selama satu malam.
Saat malam hari inilah momen masyarakat atau peserta Tunuha saling berinteraksi lebih dekat. Sebab, sembari menunggu Tunuha mereka matang, para peserta akan menggelar sejumlah kegiatan kesenian dan musik seperti pantun, musik atau tarian Modero. Hal menarik lainnya adalah ketika muda-mudi saling berkenalan untuk melakukan pendekatan, dan tidak jarang berjodoh melalui kegiatan itu.
Kemasan singkong itu kemudian akan dibuka pada pagi harinya dipimpin seorang Imam. Para peserta acara akan mengucap rasa syukur dan memanjatkan doa kepada pencipta atas kelimpahan rezeki mereka di saat pembacaan doa ini.
Setelahnya, kemasan Tunuha akan disantap secara bersama-sama dengan penuh kegembiraan. Selain untuk melestarikan budaya dana adat istiadat, ragam tradisi juga dilakukan guna mempererat hubungan silaturahim antar sesama masyarakat setempat. Red