LAJUR.CO, KENDARI – Di jantung Pulau Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) tersembunyi sebuah danau yang keindahannya bagaikan lukisan alam nyata. Namanya Danau Moko. Destinasi wisata ini terletak di Desa Walengkabola, Kecamatan Tongkuno. Dalam bahasa lokal, “Moko” bermakna kawah atau lubang besar, sebuah nama yang merujuk pada bentuk unik danau ini yang dikelilingi dinding batu alami.
Zaman dahulu, Danau Moko digunakan oleh leluhur setempat untuk merendam daun Kolope, sejenis umbi hutan yang menjadi bagian dari tradisi pangan lokal.
Kini, danau ini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata alam yang menawan, menawarkan suasana yang tenang, asri, dan eksotis.
Air Danau Moko tampak seperti kaca bening, memperlihatkan bebatuan di dasar hingga detail terkecil. Warna biru tosca berpadu dengan cahaya matahari, menciptakan pemandangan yang menyejukkan mata dan jiwa. Bentuknya menyerupai kolam oval, namun seluruh dindingnya terbentuk alami dari batu karang.
Tebing-tebing di sekelilingnya, setinggi 3 hingga 5 meter, sering menjadi tempat favorit untuk melompat ke dalam danau. Di sekitarnya, pohon-pohon rindang menyediakan tempat untuk menggantung hammock dan bersantai dalam damai.
Air danau ini berasal dari campuran sungai bawah tanah dan air laut yang masuk melalui celah bebatuan, menjadikannya payau namun tetap jernih. Berbeda dari air laut yang biasanya asin dan perih di mata, air Danau Moko justru nyaman untuk berenang tanpa kacamata pelindung. Bahkan saat berada di dasar danau, pemandangan sekitar masih bisa terlihat dengan jelas.
Danau Moko juga memiliki penghuni istimewa: seekor penyu tua yang dikenal dengan nama Lalah Bento. Penyu besar berwarna kecoklatan dikenal ramah dan sering muncul ke permukaan saat ada pengunjung.
Konon, dengan menepuk permukaan air, penyu ini akan mendekat. Lalah Bento kini menjadi ikon dan daya tarik utama Danau Moko. Saat menyelami Danau Moko, bagi yang beruntung dapat bertemu dengan penyu Lalah Bento.
Dulunya, jumlah penyu yang menghuni Danau Moko berjumlah sepasang. Namun, akibat ulah pengunjung yang kurang bertanggung jawab, pasangan Lalah Bento ini mati.
Kehadiran Lalah Bento menjadi pengingat penting akan tanggung jawab dalam menjaga kelestarian alam agar penyu maupun ikan-ikan yang menghuni Danau Moko bisa bertahan.
Akses menuju Wisata Danau Moko
Akses menuju Danau Moko sendiri cukup menantang namun masih terjangkau. Dari Kota Raha, perjalanan sejauh 69 km dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam menggunakan kendaraan pribadi.
Pengunjung dari Kendari bisa menempuh rute laut menggunakan speedboat ke Raha selama 3 jam, lalu melanjutkan perjalanan darat. Dari Makassar, terdapat opsi melalui jalur laut menggunakan kapal Pelni ke Baubau atau melalui udara ke Kendari dan dilanjutkan ke Raha.
Meski belum dilengkapi fasilitas lengkap, Danau Moko tetap terbuka untuk semua tanpa pungutan biaya. Warga sekitar menjadi penjaga alami danau ini. Tersedia tangga kayu untuk keluar dari danau, serta papan peringatan untuk menjaga kebersihan dan keindahan alam.
Danau Moko bukan sekadar tempat wisata—ia adalah simbol keindahan yang tenang, kaya cerita, dan menyimpan kekuatan alam yang luar biasa. Siapa pun yang datang ke Pulau Muna, akan rugi jika melewatkan pesona si biru tosca ini.
Penulis : Sultan Musa