LAJUR.CO, KENDARI – Event “Sultra Maimo 2025” sukses digelar Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra) selama tiga hari di Mall The Park Kendari. Sejumlah kegiatan edukatif dan kompetisi menarik mewarnai pelaksanaan acara tahunan BI Perwakilan Sultra ini.
Aneka produk UMKM pun menghiasi gerai-gerai pameran selama acara berlangsung. Salah satu stand yang mencuri perhatian pengunjung adalah tenun Nira Lakoo dari Kabupaten Buton Tengah (Buteng).
Salah satu agenda utama Sultra Maimo 2025 adalah Designer Competition, kompetisi desain busana berbasis kain tenun daerah. Sejumlah peserta dari berbagai kategori menampilkan karya mereka di ajang fashion show wastra Sultra.
Dalam kategori pelajar, kain tenun Nira Lakoo berhasil mengantarkan Desta Prasetya, desainer muda asal Kota Baubau, meraih Juara 1. Ia berhasil memadukan kain tenun Buteng dengan desain busana modern yang kekinian.
Produk lokal khas daerah “Negeri Seribu Gua” ini dikembangkan oleh Kamusi. Ia merupakan pelaku UMKM sekaligus penggagas brand Nira Lakoo, yang selama ini aktif membina pengrajin lokal dan memasarkan kain tenun khas Buteng.
Kamusi menjelaskan bahwa nama “Nira Lakoo” diambil dari nama dusun tempat kain tenun tersebut dikembangkan. Setiap motif yang dihasilkan tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga mengandung filosofi dari alam dan budaya setempat.
“Nira Lakoo itu nama dusunnya, tempat di mana kain ini dibuat,” ujar Kamusi, Selasa (24/6/2025).
Kepala Dinas Pariwisata Buteng, Irwan, Senin (23/6) menyebut Nira Lakoo selama ini sering bermitra dengan Pemda Buteng dalam berbagai ajang promosi daerah. Ragam motif tenun ini diketahui kerap dipamerkan hingga ke panggung nasional.
Pada ajang “Sultra Maimo” tahun ini, Tenun Nira Lakoo bersama Tenun Masalili dari Kabupaten Muna tampil memukau dan sukses menembus seleksi nasional Inkubasi Wastra 2025.
Inkubasi Wastra adalah kegiatan pelatihan dan pendampingan pengembang kemampuan teknis pelaku industri fashion lokal, mencakup tahapan dari hulu hingga hilir baik dari proses perancangan desain hingga pembuatan produk ready to wear.
Pelatihan dan pendampingan pengembangan desain pelaku industri mode dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Kompetisi yang menjadi fokus utama program terdiri dari dua kelas yakni kelas desain dan kelas produksi busana dengan memanfaatkan tekstil tradisional khas daerah Wastra Sultra sebagai referensi pengolahan produk.
Di area pameran, Nira Lakoo memamerkan sejumlah motif tenun khasnya. Dua motif yang berhasil lolos kurasi nasional adalah motif Ketupat dan motif Benteng, masing-masing sarat makna budaya dan simbol perlindungan serta keberkahan.
Selain motif Ketupat dan Benteng sebagai unggulan, Nira Lakoo juga memiliki motif-motif khas lainnya. Di antaranya ada motif dambu/jambu mete, pasele/pucuk jagung dan Hoona Ai/daun kelapa.
Motif Dambu, kata Kamusi, terinspirasi dari potensi jambu mete sebagai komoditas unggulan perkebunan di Buteng.
Adapun pembuatan motif daun kelapa termotivasi dari pemanfaatan daun kelapa yang banyak masyarakat di Buteng sebagai bahan kukusan ubi/kantovi.
Sementara motif pucuk jagung dibuat atas keberadaan tanaman jagung menjadi salah satu sumber makanan pokok masyarakat setempat. Red