LAJUR.CO, KENDARI – GENCARKAN atau Gerakan Nasional Cerdas Keuangan merupakan inisiatif nasional yang bertujuan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2025, terdapat kesenjangan signifikan antara indeks literasi keuangan sebesar 66,46% dan indeks inklusi keuangan sebesar 80,51%. Angka ini menunjukkan masih adanya kesenjangan antara tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan dengan tingkat akses atau penggunaannya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan Program Penggerak Duta Literasi Keuangan Indonesia (OJK PEDULI). Program edukasi OJK menargetkan mahasiswa sebagai agen perubahan dalam menyebarkan edukasi keuangan secara masif dan merata kepada masyarakat. Dalam rangka mendukung implementasi program ini, OJK bekerja sama dengan PT BPR Bahteramas Konawe (Perseroda) menggelar kegiatan Training of Trainers (ToT) Duta Literasi Keuangan di Universitas Lakidende, Kamis (10/7/2025).
Kegiatan ToT merupakan hasil kolaborasi antara OJK Provinsi Sultra dan pelaku industri jasa keuangan, PT BPR Bahteramas Konawe. Dalam sesi pelatihan, OJK menyampaikan materi mengenai pengenalan kelembagaan OJK, jenis-jenis industri jasa keuangan, manajemen keuangan pribadi yang sehat, serta upaya pencegahan terhadap aktivitas keuangan ilegal yang kian marak.
Kepala Bagian Pengawasan PEPK dan Lembaga Manajemen Strategis Terintegrasi (LMSt) OJK Sultra, Shintia Wijayanti Putri Purnamasari, menjelaskan pentingnya peran mahasiswa dalam mengedukasi masyarakat.
“Mahasiswa tidak hanya belajar untuk dirinya sendiri, tetapi juga bisa menjadi agen perubahan di masyarakat. Kami percaya, generasi muda bisa menjadi pelopor dalam gerakan cerdas keuangan,” tegas Shintia.
Ia menekankan mahasiswa harus siap menghadapi tantangan kejahatan keuangan digital yang semakin kompleks.
“Penipuan kini tidak lagi dilakukan secara konvensional. Mereka menyamar sebagai lembaga resmi, mengirim pesan palsu, bahkan memalsukan bukti transfer dengan teknologi AI. Mahasiswa harus bisa membedakan mana yang legal dan mana yang ilegal,” tambahnya.
Pihak Universitas Lakidende menyambut baik program edukasi keuangan dan mengapresiasi OJK atas kepeduliannya terhadap generasi muda.
“Saat ini banyak mahasiswa yang terjebak dalam pinjaman online ilegal atau bahkan judi online tanpa sadar. Melalui pelatihan ini, kami berharap mereka lebih waspada dan bisa menjadi penyambung edukasi keuangan ke keluarga dan lingkungannya,” ujar salah satu dosen pembimbing yang hadir.
Kegiatan ToT diikuti sekitar 130 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan civitas akademika. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan seputar tugas dan fungsi OJK, cara membedakan pinjol legal dan ilegal, serta peran OJK dalam perlindungan konsumen. Salah satu mahasiswa peserta ToT, Andi Ramadhan, mengaku senang bisa ikut serta.
“Selama ini saya tahu soal investasi dan pinjol hanya dari media sosial. Ternyata banyak jebakan yang bisa bikin rugi. Setelah ikut kegiatan ini, saya jadi lebih paham dan ingin berbagi ke teman-teman lain,” katanya.
Mengakhiri kegiatan, Shintia berharap seluruh peserta dapat menjalankan peran sebagai Duta Literasi Keuangan secara aktif dan bertanggung jawab. Ia juga menegaskan pentingnya pelaporan kegiatan edukasi yang dilakukan oleh mahasiswa melalui kanal resmi OJK.
“Kami ingin gerakan ini berkelanjutan. Mahasiswa bukan hanya jadi peserta, tapi juga penggerak utama literasi keuangan di Sultra,” tutupnya. Adm