LAJUR.CO, KENDARI – Perayaan Iduladha tahun ini menjadi momen spesial bagi Taufiq Alfath, seorang mahasiswa asal Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Untuk pertama kalinya, ia menunaikan salat Iduladha di Negeri Kanguru.
Taufiq Alfath tercatat sebagai mahasiswa jurusan Food Science and Technology di University New South Wales (UNSW), Sydney. Saat ini ia tengah menjalani trimester kedua pada School of Chemical Engineering, UNSW.
Lebaran tahun ini menjadi berbeda bagi Taufiq, karena ia merayakan hari raya Iduladha dengan pengalaman menarik dan penuh makna. Dirinya memetik banyak hikmah atas perbedaan di antara umat beragama lintas negara dan benua.
Pada Jumat (6/6/3025) pagi, bersama komunitas Muslim UNSW, Taufiq melaksanakan salat Iduladha di sebuah gedung kampus. Meskipun tidak ada libur nasional, pihak UNSW tetap menyediakan fasilitas untuk ibadah salat Iduladha 1446 Hijriyah.
Namun fasilitas tersebut juga tak semua dirasakan oleh mahasiswa perantau seperti Taufiq. Jamaah salat Id di UNSW, saat itu datang dari berbagai penjuru. Mereka memenuhi pelataran sebuah gedung yang dipilih sebagai lokasi salat Id.
“Ini lebaran pertama di Aussie. Saya ikut salat Id di kampus UNSW. Saya tidak tau apakah diselenggarakan juga di kampus lain. Karena ada kawan yang kuliah di kampus berbeda datang salat kesini ,” ujar Taufiq Alfath, Minggu (8/6/2025).
Setelah melaksanakan salat Id, mahasiswa yang menganut agama Islam tetap melanjutkan aktivitas akademik. Pemuda dari Kelurahan Kambu itu bercerita, beberapa temannya segera kembali ke kelas seusai salat.
Taufiq sendiri merasakan perbedaan signifikan dalam suasana Iduladha di Kota Sydney. Namun karena bukan hari libur nasional, ia tidak merasakan euforia lebaran seperti di kampung halamannya.
“Tidak serunya disini karena lduladha tidak menjadi libur nasional. Sehingga aktivitas perkuliahan atau pekerjaan berjalan seperti biasa,” jelasnya.
Di tanah air, katanya, saat hari raya Iduladha para umat Islam akan fokus beribadah, berkurban dan silaturahmi dengan kerabat. Jauh berbeda dengan umat Islam di Sydney.
Pemukiman penduduk Muslim di sana lebih terkonsentrasi pada daerah seperti Bankstown, yang cukup jauh dari kampus UNSW. Hal ini, tambah Taufiq, membuat suasana lebaran di sekitar kampus tidak begitu terasa.
Meski begitu, ia bersyukur karena pihak kampus terkait tetap menyediakan fasilitas perayaan hari keagamaan, sehingga ibadah tetap khusyuk ditunaikan. Taufiq juga merasa terkesan dengan keberagaman umat Islam dari berbagai negara yang ia temui.
“Tidak ada tantangan yang berarti dalam beribadah, kampus sangat memfasilitasi untuk bisa salat Id dengan khusyuk. Setelahnya, kami berkumpul di depan gedung dan saling silaturahmi,” ucap Taufiq.
Ia pun belajar untuk lebih menghargai persaudaraan lintas bangsa dan agama. Pengalaman ini menambah wawasan dan mempererat tali persaudaraan antar umat Islam di luar negeri.
Dirinya juga merasakan kedekatan emosional dengan sesama umat Muslim, terutama sesama mahasiswa Indonesia di UNSW.
“Saya terkesima melihat umat Islam dari negara lain, dari berbagai suku. Terlebih mereka yang berasal dari negara bukan mayoritas Islam. Kami sesama Muslim dan sesama orang Indonesia di sini juga jadi lebih dekat secara emosional,” pungkasnya. Red