LAJUR.CO, KENDARI – Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), DR Abd Halim Momo mendesak pihak kepolisian menangkap sekelompok preman yang melakukan aksi pengeroyokan terhadap salah seorang guru saat menyuarakan protes praktik pungutan liar di Pelabuhan Ferry Amolengo bulan lalu.
Meski berakhir damai, menurut Abdul Halim, sangat tidak wajar jika polisi tidak mengusut tindak premanisme dan aksi pungutan liar yang disuarakan guru bernama Abidin saat menggunakan jasa transportasi ferry di sana.
“Damai boleh. Tapi proses hukum lanjut. Ini tindak pidana, bukan perdana yang cukup didamaikan selesai,” cetusnya.
Sikap aparat yang hanya mendamaikan tanpa melakukan proses hukum atas aksi premanisme dan pungli tidak hanya merusak citra institusi kepolisian. Namun mencederai profesi guru yang telah lantang menyuarakan protes atas aksi pungli.
“Jangan sampai terulang. Segera tangkap. Jejak digitalnya jelas. Ini peristiwa memalukan,” tegas Abdul Halim.
Pihak PGRI sendiri memastikan akan mengawal proses hukum atas kasus tersebut.
“Saya akan lapor di LBH. Ini tidak tidak bisa dibiarkan. Sangat menyakitkan. Hal seperti ini harus proses hukum jangan sampai terulang,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan seorang penumpang kapal ferry dihajar preman di Pelabuhan Penyebrangan Amolengo akibat menolak praktik pungutan liar. Kejadian ini berlangsung sekitar sebulan lalu.
Belakangan diketahui penumpang tersebut berprofesi sebagai guru dan pernah menjabat kepala sekolah di Buton Selatan. Aksi pengeroyokan guru tersebut sempat terekam dalam video dan menjadi viral.
Dalam video tersebut, guru bernama Abidin tampak ditendang sekelompok preman setelah menyuarakan tindak pungli di pelabuhan. Mirisnya, aksi pemukulan dipertontonkan di tengah keramaian kawasan pelabuhan laut penghubung Kota Kendari dan Kabupaten Buton Utara.
Ketua PGRI Sultra, DR Abdul Halim Momo langsung bersuara setelah melihat aksi premanisme yang menimpa anggota PGRI Sultra tersebut.
Ia kecewa pihak kepolisian memilih mendiamkan masalah tersebut tanpa melakukan proses hukum layaknya tindak kriminal lain. Sikap diam aparat kepolisian atas aksi bar-bar pelaku pungli dinilai sangat menyakiti citra dan profesi guru.
“Saya sangat mengutuk tindak itu. Gemetar liat videonya. Jangan sampai terulang. Sedang bicara pun ditendang. Terus terang saya sebagai sesama guru terpukul liat video itu. Beliau mantan kepala sekolah, guru kita. Yang disuarakan soal pungli,” cetus Abdul Halim.
Meski ada langkah persuasif, menurut Abdul Halim, polisi harusnya melakukan langkah tegas dengan memproses tindak kriminal tersebut.
“Segera tangkap, jejak digitalnya jelas. Di muka umum lagi. Polisi tidak bisa diam. Ini peristiwa memalukan,”
Sebelumnya beredar rekaman video aksi penganiayaan preman di Pelabuhan Amolengo Kabupaten Konawe Selatan.
Dalam video, seorang penumpang berbaju hitam diketahui berprofesi sebagai guru dihajar preman karena menyatakan protes atas pungli di kawasan pelabuhan.
Tidak hanya satu orang, guru tersebut bahkan dihajar beramai-ramai di tengah pelabuhan. Belakangan, polisi terlihat hanya mendamaikan dua belah pihak tanpa melakukan proses hukum layaknya kasus pidana pungli dan premanisme. Adm