BERITA TERKINIEKOBISNASIONAL

Rupiah Tak Berdaya, Dolar AS Tembus Rp16.600

×

Rupiah Tak Berdaya, Dolar AS Tembus Rp16.600

Sebarkan artikel ini

LAJUR.CO, KENDARI – Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Senin (22/9/2025).

Melansir data Refinitiv, rupiah kembali dibuka di posisi Rp16.600/US$ atau mengalami depresiasi 0,09%. Setelah pada pekan lalu, rupiah ditutup di posisi Rp16.585/US$ atau melemah 1,28% secara kumulatif sepekan.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 09.00 WIB terpantau masih berada di zona penguatan dengan penguatan sebesar 0,10% di level 97,746. Secara kumulatif sepekan, DXY mengalami penguatan tipis 0,10%.

Baca Juga :  Studi Ungkap Bahaya Air Minum Kemasan: Mikroplastik Masuk Darah dan Ganggu DNA

Pergerakan rupiah dibayangi sentimen dari kekhawatiran global akan pemangkasan suku bunga Bank Indonesia pada pekan lalu yang memunculkan keraguan atas independensi kebijakan moneter di tengah tekanan politik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir, BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 4,75%, disertai pemangkasan lebih dalam pada Deposit Facility sebesar 50 bps ke 3,75% dan Lending Facility 25 bps ke 5,50%. Langkah ini merupakan pemangkasan kelima sepanjang 2025 dengan total penurunan mencapai 125 bps.

Baca Juga :  WCD 2025 Galang Aksi Bersih-Bersih Sampah di Kawasan Eks MTQ, Venue Event STQH Nasional

Meski bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kebijakan tersebut justru memunculkan persepsi bahwa BI terlalu agresif dan rentan terhadap tekanan politik.

Investor khawatir bahwa fokus pada pertumbuhan dapat mengorbankan stabilitas rupiah, terlebih di tengah kebutuhan impor tinggi dan ketergantungan pada arus modal asing. Situasi inilah yang membuat rupiah menjadi salah satu mata uang Asia dengan kinerja terburuk sepanjang tahun.

Baca Juga :  Pemprov Sultra Tegaskan ASN Tak Tambah Libur Usai Cuti Bersama 18 Agustus

Howie Schwab, Portfolio Manager Driehaus Capital mengatakan, “Ada risiko nyata terhadap independensi bank sentral, sementara komunikasi proaktif mengenai perubahan kebijakan juga masih minim. Jika Indonesia tidak segera mengambil langkah untuk meyakinkan investor, maka premi risiko rupiah bisa bertahan tinggi dalam waktu lama,” dikutip dari Reuters. Adm

Sumber : Cnbcindonesia.com

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x