BERITA TERKINIDAERAHHEADLINE

Sejarah Singkat Tari Linda, Tarian Masyarakat Suku Muna Dipakai Sambut Jokowi Saat Kunker ke Mubar

×

Sejarah Singkat Tari Linda, Tarian Masyarakat Suku Muna Dipakai Sambut Jokowi Saat Kunker ke Mubar

Sebarkan artikel ini
Penari Linda menyambut kedatangan Presiden Jokowi di Inpres Jalan Daerah (IJD) Desa Abadi Jaya, Kecamatan Maginti - Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat, Senin (13/5/2024).

LAJUR.CO, KENDARI – Untuk ke sekian kalinya, Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Bumi Anoa, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Agenda RI 1 di Sultra pada medio Mei ini dijadwalkan akan roadshow ke lima daerah, termasuk salah satunya Kabupaten Muna Barat (Mubar).

Saat pertama kalinya Presiden Jokowi menginjakkan kakinya di Kabupaten Mubar, beliau disambut dengan tarian khas Suku Muna yakni Tari Linda. Jokowi tiba di daerah dengan julukan Bumi Praja Laworoku itu sekitar pukul 12.38 WITA, Senin (13/5/2024).

Sebelum melangsungkan agenda pentingnya di Mubar, Presiden Indonesia yang ke-7 ini disambut dengan kemeriahan Tari Linda, dibawakan sejumlah gadis Muna. Para penari mengenakan pakaian khas Muna berwana merah lengkap dengan perhiasannya.

Tari Linda merupakan sebuah tarian yang telah ada di Kerajaan Muna pada abad ke-16 Masehi. Biasanya tarian ini dipertunjukkan diiringi dengan beberapa alat musik tradisional yang dipukul, yakni gendang, gong, dan ndengu-ndengu. Nama Tari Linda ini berasal dari Bahasa Muna sendiri, yang artinya “menari sambil berkeliling”.

Baca Juga :  Pasca Dicegat Nelayan Cempedak; Kapal Cepat Kendari - Raha Ubah Rute & Kecepatan

Mitosnya, cikal bakal gerakan Tari Linda berasal dari gerakan meliuk-liuk oleh anak seorang bidadari bersama pemuda desa. Awalnya, dari 8 bidadari yang turun ke bumi untuk mandi di sungai di suatu desa, satu diantara mereka kehilangan selendang sehingga tak dapat kembali ke kahyangan. Sang bidadari kemudian tinggal di bumi dan menikah dengan seorang pemuda sampai akhirnya dikaruniai seorang anak perempuan.

Waktu berlalu, kehidupan bidadari bersama pemuda itu berubah. Sang bidadari harus segera ke kahyangan saat menemukan selendangnya yang telah lama hilang, yang notabenenya selendang tersebut disembunyikan oleh suaminya sendiri. Saat berpamitan kepada suami dan anaknya, sang bidadari menari sambil mendendangkan lagu sebagai tanda perpisahan.

Sementara, sang anak perempuannya juga ikut memperagakan gerakan ibunya dengan cara meliukkan tubuhnya secara mempesona. Maka, gerakan anak bidadari itulah yang muasal gerakan Tari Linda atau Dolinda, dalam bahasa lokal.

Dalam kehidupan masyarakat etnis Muna, Tari Linda ini erat kaitannya dengan prosesi upacara adat Karia (Pingitan). Upacara adat Karia merupakan sebuah ritual yang harus dilalui seorang perempuan Suku Muna sebelum mengarungi kehidupan bahtera rumah tangga.

Baca Juga :  Pj Gubernur Sulsel Ajak Masyarakat Dukung Keberlanjutan PT Vale

Di akhir prosesi upacara ini, perempuan yang telah dipingit keluar dengan mengenakan pakaian adat Muna dan siap untuk menari. Tahapan menari dalam upacara adat ini merupakan salah satu bagian penting yang tak boleh terlewatkan. Di fase inilah, Tari Linda dibawakan oleh gadis yang telah dipingit diiringi musik gong dan Lagi Kadandio. Musik pengiring ini disebut dengan Rambi Wuna, dilantunkan dengan irama sangat cepat.

Ada banyak makna filosofis ya g terkandung di dalam setiap gerakan Tari Linda. Begitu pula dengan setiap helai pakaian yang dikenakan oleh peraga tarian ini. Dilansir dari berbagai referensi, Tari Linda diciptakan Wa Ode Wakelu, permaisuri Raja La Ode Ngkadiri yang menjadi raja Kerajaan Muna ke – 12.

Tarian tradisional masyarakat etnis Muna ini dimaknai sebagai Tutura atau pencerahan dan simbol moral dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan modern dewasa ini, Tari Linda mulai banyak dipertunjukkan tidak hanya menunggu momen Karia. Namun, sudah lazim ditampilkan dalam berbagai acara seperti penyambutan tamu dalam agenda tertentu.

Baca Juga :  Target DLH Sultra Usai Raih Prestasi OPD Terbaik: Realisasikan Program Sampah Berkelanjutan & Maggot

Adapun gerakan Tari Linda diawali dengan bergerak maju ke depan sambil menundukkan kepala dengan posisi badan ke bawah. Pada gerakan ini, penari menunjukkan rasa hormatnya kepada orang tua dan bentuk penghargaan kepada para penonton yang menghadiri acara pertunjukan.

Para penari juga mengayunkan kedua tangan sambil memutar badan hingga posisinya berada di depan dada. Gerakan ini melambangkan bahwa kewajiban seorang gadis remaja dan perempuan pada umumnya adalah menjaga harga diri, kesucian dan menjaga aurat dalam pergaulan.

Pada saat tarian berlangsung, penari atau Lumindano mengayun-ayunkan sapu tangan dengan menggunakan tangan kanan sambil berputar kemudian melempar sapu tangannya. Arti yang tersirat dalam gerakan ini bahwa anak perempuan memiliki kebebasan dan bertanggung jawab dalam lingkungan masyarakat. Red

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x